Berkaryalah, Maka Dunia Akan Melihatmu
Senin, 20 Desember 2010
Minggu, 19 Desember 2010
Dari Kepompong Menjadi Kupu-Kupu
Naskah tentang Palestina ini sebenarnya sudah menjadi bahan perbincangan di FLP waktu saya menjabat ketua di Unhas dulu. Beberapa bulan lalu.
Pasca terbitnya "Aji Bello", pengurus menargetkan ingin membuat buku lagi dengan tema Palestina. Maka, dimulailah tender pada saat itu.
...
Lama, menunggu naskah. Ada banyak naskah yang masuk -walau belum bisa dianggap cukup untuk membuat satu buku. Dari sekian banyak naskah tadi, setelah melakukan penyeleksian, saya mengambil kesimpulan untuk sebaiknya menunda sejenak penerbitan buku ini. Tentu teman-teman sudah tahu alasannya.
...
Beberapa bulan setelahnya.
Dan, berhubung karena saya teringat dengan peringatan hari Intifadah bulan Desember, maka saya mengusulkan kepada ketua FLP Unhas sekarang untuk melanjutkan proyek buku tersebut.
Namun, semangat itu menurun kembali karena target tanggal buku selesai sebelum peringatan Intifadah, tidak tercapai.
Untunglah, saya teringat bahwa akan ada kegiatan besar di Unhas yang membawa isu Palestina.
Secara hitung-hitungan, momennya bisa dimanfaatkan untuk menjual buku.
***
Naskah sudah hampir rampung. Namun, sebagai tim editor, saya pribadi masih berat jika kumpulan naskah itu tiba-tiba menjadi kupu-kupu. Masih ada kekurangan di sana-sini. Belum sempurna rasanya.
Ada beberapa karya yang kurang memuaskan (bukan tidak memenuhi syarat).
Namun, sebagai editor, sebenarnya ada rasa tidak tega jika karya teman-teman ditolak untuk dimasukkan dalam naskah buku. Di sinilah dilemanya. Padahal, satu sisi kita ingin mengejar kualitas.
Kualitas itu menentukan penjualan buku. Dan, penjualan buku tentu adalah fokus utama sang penerbit.
Tetapi bagaimanapun juga, sebagai orang yang terlibat dalam tim penerbit, mau tidak mau, kami harus memikirkan masa depan bisnis. Makanya tim editor harus bekerja ekstra dan tahan terhadap suara-suara yang tidak enak.
Supriadi (Ketua FLP UH), Nendenk (DP FLP UH), dan Innah (DP FLP UH), terpaksa termasuk orang yang naskahnya diberi kesempatan untuk diperbaiki. Sekali lagi, bukan karena tidak memenuhi syarat, hanya kurang memuaskan. Dan beberapa nama yang lain.
***
Coba teman-teman bayangkan...
Secara umum, gambaran karya teman-teman FLP UH terkait palestina ini, seperti berikut:
Pertama, menceritakan orang Indonesia yang peduli terhadap Palestina. Gaya ceritanya sama. Kalau bukan aksi, memberi sumbangan dan lain-lain.
Kedua, tokohnya orang Indonesia, namun sang tokoh menceritakan kembali tokoh baru yang ada di Palestina. Ini yang sering saya sebut sebagai "cerpen temannya temannya". Ceritanya juga sama. Kalau bukan "bermimpi, berarti teringat kembali". Alurnya flashback -karena sang tokoh pernah ke palestina sebagai relawan atau sejenisnya. Begitu saja.
Ketiga, menceritakan orang palestina, namun semua ceritanya juga hampir sama. Anak-anak yang berhadapan dengan tentara Israel. Pake batu lalu syahid.
Ada juga beberapa karya yang kurang logis, baik dari segi waktu, tempat, dan peristiwa. Untuk itu, perlu riset memang sebelum kita membuat karya dengan latar waktu dan tempat yang belum pernah kita kunjungi.
Ada banyak sebetulnya ide kalau kita ingin buat cerpen palestina. Bisa cerita tentang anak yang sudah tidak bisa lagi bermain bola karena tanahnya direbut. Bisa cerita susahnya cari pekerjaan di daerah konflik. Intinya Unik!
***
Buku ini rencana menjadi proyek awal lini penerbitan, divisi bisnis dan fundrising FLP Sulsel. Terima kasih kepada penanggung jawab lini, Dyah restyani, yang telah mengembara ke mana-mana untuk mengembangkan penerbit ini. Dan, syukurlah telah menemui titik terang -walaupun belum ada nama label yang pas.
Oke, sebelum ada pengumuman selanjutnya, Silakan Masukkan Karya Anda yang Lebih Mantap. Sebanyak-banyaknya!"
Fitrawan Umar (Tim Editor)
Selengkapnya...
Jumat, 10 Desember 2010
Selasa, 07 Desember 2010
Surga Ibu
Oleh: Fitrawan Umar
(Pemenang Ketiga Lomba Cipta Cerpen Menpora 2010)
Sore itu, aku masih melihat ibu dengan senyum manis saat memainkan balida1. Mengurai benang, seutas demi seutas hingga membentuk sehelai kain Toraja.
Ayah datang dengan wajah mendung. Kemudian membawa hujan dan halilintar hingga aku tak tahu apa yang terjadi. Terakhir, kulihat ayah membawa tas besar beserta tabungan tempat ibu selalu menyimpan uang.
Beberapa minggu setelah kejadian itu, ayah tak pernah lagi kulihat rupanya. Ibu selalu merenung dan sakit-sakitan, hingga berhenti bernafas.
Kutanya pada nenek, kenapa ibu berhenti bernafas.
“Apa ibu sudah mati, Nek?”
“Belum, ibu mu masih sakit.”
Hari-hari setelah itu kemudian aku dan nenek silih berganti memberi makan untuk ibu.
***
Baru saja aku datang, Matinggoro Tedong2 sudah dimulai saat matahari melintas ke barat. Tedong itu mengamuk uring-uringan. Sebilah parang panjang telah membilas lehernya yang gagah. Darah mengucur, membuatku mual memandang. Simbuang batu3 membisu sebagai saksi dinaikkannya jenazah Lie Ne Ne dari Tongkonan Tammuon4 ke tempat lebih tinggi, Tongkonan Barebatu5.
Aku berdiri bersama kerumunan orang. Dari jauh, wajah keluarga Lie Ne Ne menjadi sendu. Setelah tubuh tedong terpotong-potong, aku mendekat mengambil bagian dan membawanya pulang.
Di rumah, nenek sedang mempersiapkan makanan. Kuperlihatkan daging tedong tadi, dan menaruhnya di pinggir tungku.
“Ibu sudah makan, Nek?”
“Belum. Ini, kamu yang bawakan.”
Ibu terlihat ceria hari ini. Kuletakkan makanan di samping, lalu kucium keningnya.
“Ibu, makan, ya.”
Ibu terdiam.
“Kira-kira tedong sekarang harganya berapa, Fred?” Tanya nenek.
“Sekitar 15 jutaan.”
Aku tertegun. Kutahu maksud nenek. Akhirnya hembusan nafas panjang yang kemudian keluar dari kami berdua.
Esok hari, acara Rambu Solo6 Lie Ne Ne masih berlangsung. Terik matahari yang membulat tak mengganggu perhelatan ini.
Tampak laki-laki mengusung jenazah dengan duba-duba7. Bersama itu, di depan, kain merah lamba-lamba membentang dipegang para wanita. Di depan lagi, tedong berbaris-baris. Di depan lagi, pasukan tompi saratu, pembawa umbul-umbul. Dan yang paling di depan, orang-orang dengan memeluk gong besar. Semua berjalan beriringan menuju Rante8.
Aku bersama penonton lain mengikut di belakang. Namun, aku teringat ibu yang belum makan, siang ini.
Kutunaikan tugasku, memberi makan ibu, dan mencium keningnya. Dan, aku berbalik lagi menuju Rante.
***
Suatu pagi, Leo, teman mainku, bertanya.
“Kapan Rambu Solo untuk ibumu digelar?”
Aku belum mengerti waktu itu. “Acara apa itu?”
“Masa kamu tidak tahu, upacara untuk menghormati orang mati.”
“Ibuku belum mati! Ia masih sakit.” Aku tersinggung karena setiap hari, aku dan nenek, masih terus memberi ibu makan dan mengajaknya bicara selama hampir setahun. Walaupun setiap kali makanan itu tak pernah disentuh dan ibu terus membisu9.
“Ibumu memang masih sakit, tapi arwahnya akan gentayangan sebelum diantar ke Puyo10 lewat Rambu Solo.”
“Kau mengada-ada Leo.”
Aku meninggalkan Leo seketika dan segera menghadap nenek.
“Memang betul. Tapi, kita belum bisa menyanggupinya.”
Waktu itu, perasaanku tak karuan. Kulihat ibu terbujur kaku.
***
Di lapangan, sudah ramai orang-orang. Termasuk para bule yang masing-masing memegang kamera. Para penggiring jenazah telah sampai. Mereka jalan melambat. Kemudian menuju ke Lakkien11 untuk membaringkan jenazah.
Para keluarga Lie Ne Ne menaiki Lantang12 yang telah disediakan. Di sana, mereka menanti sanak saudara yang akan berkunjung. Aku sendiri masih berkumpul bersama penonton lain. Di tengah lapangan, delapan puluh lebih tedong, bersama simbuang batu, dan ratusan babi.
Aku menghitung tedong-tedong itu sambil membayangkan wajah ibu. Ah, andai keluarga Lie Ne Ne ini memberiku delapan ekor saja.
Satu dua sanak saudara keluarga Lie Ne Ne datang. Menjelang sore, digelar Mappasilaga Tedong13. Hiruk pikuk penonton terdengar ribut. Tedong saling bertumbuk kepala berganti-ganti. Para bule tadi mendekat menembakkan cahaya yang akan menyimpan momen itu ke dalam layar.
Aku pulang dengan sejumlah asa yang menggantung. Di dekat ibu, aku mengeluh. Menatap wajahnya membuat hati menjadi galau. Aku panjatkan permohonan kepada Pencipta agar waktu untuk ibu segera datang.
Nenek selalu menasehati agar aku mencari ayah. Katanya, ayah sudah sukses di tanah orang. Tapi kebencian yang menggantung di dada membuatku urung.
***
“Leo, bisa kau ceritakan apa itu Puyo?”
“Ibu saya pernah bilang, Puyo itu adalah tempat para arwah leluhur untuk menjalani kehidupan berikutnya. Dari sanalah nanti kita akan ke Surga.”
“Jadi, kita semua akan kembali hidup, begitu?”
“Iya. Karena kematian itu hanya fase dari kehidupan. Kita semua sebenarnya berasal dari langit, dan akan kembali ke sana. Tapi, kita baru bisa ke Puyo dan Surga kalau keluarga yang ditinggalkan mengadakan Rambu Solo.”
“Tapi bagaimana kalau kita tidak punya uang membiayai Rambu Solo?”
“Ya, pokoknya harus dilaksanakan.”
“Apa harus membeli tedong sebanyak itu?”
“Tedong itulah yang menjadi kendaraan dan bekal untuk hidup di Puyo.”
***
Mappasilaga tedong di Acara Lie Ne Ne sudah sangat ramai. Satu per satu tedong diujicobakan. Orang-orang bersorak ketika tanduk tedong saling bertemu. Dan sorakan semakin kencang di saat satu tedong memilih mengalah.
Para bule girangnya minta ampun. Mungkin acara seperti ini tak disaksikan di kampung halamannya. Aku sempat berpikir kenapa aku dan ibu tidak tinggal saja di kampung bule itu. Supaya ibu tak mengalami nasib seperti ini.
Aku berharap Pemilik Alam berkenan menyiapkan jalan ke Puyo buat ibu, sesegera mungkin.
***
Semua sanak saudara keluarga Lie Ne Ne yang selama ini ditunggu sudah datang di Rante. Jenazah Lie Ne Ne kemudian akan di bawa ke pemakaman. Kain merah membentang mengiringi proses Ma’palao14 itu.
Tiba-tiba, aku melihat ayah di antara kerumunan orang. Aku mengikutinya bersama rombongan menuju lumbung. Ayah bersama dengan seorang perempuan. Kuyakin istri barunya.
Dadaku terasa bergemuruh. Ingin segera berlari meluapkan dendam dan amarah pada lelaki bejat itu. Tapi aku mengingat Ibu. Arwah ibu mungkin masih di sini. Tersiksa bergentayangan, ingin diantar ke Puyo.
Ah! Apa ku pilih berdamai saja dengan ayah. Toh nyawa tak kembali seberapapun amarah menggelegar. Sisa ayah satu-satunya harapan untuk Rambu Solo Ibu. Kukira ia sudah memiliki harta banyak.
Ah! Tapi apa mungkin. Lelaki itu tak punya perasaan! Pergi meninggalkan ibu dan aku, anak satu-satunya.
“Leo, bagaimana menurutmu?”
“Coba bicarakan baik-baik saja dengan ayahmu.”
Iring-iringan jenazah terus berjalan. Aku beranikan diri mendekati ayah yang berada dalam rombongan keluarga Lie Ne Ne. Mungkin istrinya termasuk cucu atau keponakan turunan bangsawan itu.
“Ayah!”
Lelaki itu tersentak. Perempuan di dekatnya menatap tajam.
“Untuk apa kau ke mari?”
“Ayah, saya mohon perhatikan ibu.”
“Bukankah ibumu sudah meninggal?!”
“Tapi, acara Rambu Solo buat ibu belum dilaksanakan. Hanya satu permintaan saya dan nenek, bantu Rambu Solo ibu.”
“Ha.. Waktu ibumu hidup saja jarang aku perhatikan. Apalagi kalau sudah mati.”
“Ayah sama sekali tak pernah bertanggung jawab terhadap ibu!” Aku mulai berontak. Orang-orang di samping menoleh. Si perempuan dekat ayah terus bertanya-tanya. Aliran darahku mengalir kencang. Ingin mengamuk.
“Fred, apa kau pikir, aku mencari uang hanya untuk membiayai acara kematian ibumu? Lebih baik aku menghidupi orang hidup. Sana minggir!”
“Ayah brengsek!!”
Belum amarah ini terlampiaskan, orang-orang sudah menahanku.
“Singkirkan anak ini!!”
***
“Leo, kenapa jalan menuju Surga itu begitu sulit?”
“Karena Puang Matua15 hanya ingin melihat pengorbanan kita.”
Malam itu, aku kembali pulang memberi makan untuk ibu.
***
Makassar, 29 Juli 2010
Catatan:
1. Balida: Alat tenun tradisional Toraja
2. Matinggoro Tedong: Memotong kerbau
3. Simbuang batu: Batu untuk menambat kerbau
4. Tongkonan Tammuon: Tongkonan (rumah adat) pertama tempat jenazah berasal
5. Tongkonan Barebatu: Tongkonan yang berada di atas tingkat Tongkonan Tammuon
6. Rambu Solo: Upacara adat Toraja untuk proses penguburan jenazah.
7. Duba-duba: Semacam keranda jenazah
8. Rante: Lapangan tempat ritual Rambu Solo dilaksanakan
9. Rambu Solo merupakan ritual yang harus dilaksanakan oleh keluarga yang ditinggalkan. Selama Rambu Solo belum digelar, maka orang yang meninggal dianggap ‘belum mati’ dan tidak boleh dikubur. Jenazah masih dianggap ‘sakit’, dan harus diperlakukan seperti orang hidup –diajak bicara, diberi makan, rokok, dll.
10. Puyo: Alam baka
11. Lakkien: Menara tempat disemayamkan jenazah saat prosesi berlangsung
12. Lantang: Rumah sementara yang dibuat dari kayu atau bamboo
13. Mappasilaga tedong: Adu kerbau
14. Ma’palao: Mengusung jenazah ke pemakaman
15. Puang Matua: Tuhan Pencipta
Selengkapnya...
Minggu, 05 Desember 2010
TENTANG PACAR TAK BECUS
Zacky memarkir motornya di depan penjual bakso. Beberapa saat lamanya kami saling terdiam, sampai akhirnya Zacky menggandeng tanganku dan mengajak jalan. Aku tetap diam.
“Ning, kamu mau makan apa?”
“Kenyang” jawabku datar
“Lho, katanya waktu nelpon tadi kamu bilang mau makan di luar” Zacky menatapku keheranan. Aku berbalik arah dan menatapnya beberapa saat dan akhirnya Zacky mengerti.
“Aku mau pulang sekarang”
“Kan Baru saja nyampai Ning” tampaknya Zacky juga mulai kesal.
“Aku tahu, tapi aku bilang mau pulang sekarang juga”. Jawabku ketus.
“Kita makan bakso di pinggir sana dulu” Zacky mencoba menahanku.
“Tidak usah” aku tetap ngotot. Tanpa diperintah Zacky memesan dua mangkok bakso dan menarik tanganku untuk duduk di kursi. Aku memasang tampang kesal. Zacky datang ke rumah dengan penampilannya yang urakan. Rambut sebahu yang tidak disisir, celana jins kumal yang bolong pada kedua lututnya, baju kaos kusut lengkap dengan sandal jepitnya yang membuatku nyaris pingsan melihatnya. Sementara aku dengan susah payah membujuk Emak untuk membelikan baju keluaran terbaru hanya untuk merayakan moment perkenalan Emak dengan Zacky. Aku bisa melihat jelas muka Emak diselimuti kekecewaan dan keprihatinan melihat Zacky. Apalagi Emak yang membukakan pintu untuknya.
“Pacarmu itu?” Emak membuntutiku sampai di kamar.
“Bukan, teman kuliahku” jawabku terpaksa. Aku mengucapkan maaf dalam hati karena telah membohongi Emak.
***
“Makanlah dulu Ning, tidak baik kamu begitu terus” Zacky mulai menyendok baksonya
“Berani sekali kamu ke rumah dengan pakaian seperti itu”. Aku menatap Zacky sengit dan cukup membuatnya berhenti menyendok baksonya.
“Ya Tuhan, kamu masih mempermasalahkan itu Ning?” Zacky menatapku lekat. Matanya melotot tajam, sepertinya dia mulai marah.
“Kamu membuatku harus berbohong pada Emak, selama ini aku selalu bicara yang baik-baik tentangmu di hadapan Emak berharap Emak memberi ijin untuk jalan denganmu, tahu-tahu kamu menghancurkan mimpi-mimpiku”. Aku berdiri hendak meninggalkannya.
“Bisa tidak kamu duduk dulu sampai aku selesai makan” Zacky kembali menarik tanganku. Aku duduk membelakanginya.
“Aku mau pulang” aku setengah berteriak. Semua orang yang ada di tempat itu menatap kami. Zacky buru-buru menghabiskan baksonya dan menarik tanganku menjauh. Aku tetap ngotot untuk pulang.
“Sedikit saja aku memintamu untuk memahamiku sekali ini saja” Zacky memelas.
“Coba kamu tidak datang dengan penampilan urakan seperti itu aku pasti tidak akan marah dan sekarang ijinkan aku pulang!” aku menarik tanganku. Sekeras apapun usahaku melepaskan tanganku Zacky semakin kuat menahanku.
“Aku sudah mengerti kamu sejak awal kita bertemu, kenapa sih kamu tidak berubah, tadinya aku mau memperkenalkan kamu pada Emak, tapi penampilanmu merusak segalanya.
“Aku benci kamu”. Perlahan-lahan Zacky melepaskan tanganku dan memasang helmnya. “Pulanglah jika kamu mau pulang.” Zacky berlalu meninggalkanku. Ingin rasanya aku berteriak kecang-kencang mengumpatnya. Aku menyetop pete-pete 07 yang lewat di depanku. Malang tak satupun yang mau berhenti. Aku merogoh tas mencari hanphone untuk meminta Emak untuk menjemputku. Malang benar nasibku hari ini. Inginnya senang-senang malah membuatku mendongkol. Aku duduk di trotoar sambil menunggu Emak yang tentu saja akan mengomeliku panjang lebar. Malang sungguh malam, mungkin malam ini adalah malam kesialanku. Hari akan hujan, tetapi Emak juga belum juga datang.
“Halo, Emak…cepat mi, mau hujan”
“Kamu naik becak atau ojek saja”, Motor Emak barusan di pinjam Puang Arifmu”
“Aduh Emak, kenapa tidak bilang dari tadi” aku kesal lalu menutup telpon tanpa sempat memberi Emak kesempatan bicara lagi.
“Apa emak tidak pikir, mana ada becak di jalan besar, sudah tahu aku alergi naik ojek, malah menyuruh naik ojek” aku mengumpat dalam hati. Terpaksa kuseret langkahku menelusuri jalan Perintis yang berkelok-kelok. Tereok-seok aku melangkah. Aku mengucapkan sumpah serapah seratus kali pada Zacky. Ingin rasanya aku mencabik-cabik tubuh Zacky sampai remuk. Tegah sekali dia membiarkanku jalan kaki tengah malam begini.
Tik…tik…tik…
“Ya, hujan”
Aku berlari menerobos hujan. Sejuta penyesalan memenuhi kepalaku. Aku marah, kesal, benci bercampur menjadi satu. Kesalahan besar yang aku lakukan adalah memilih Zacky menjadi pacarku yang jelas-jelas tidak pernah memberikan kebahagiaan dalam hidupku.
Aku berlari dalam keadaan basah kuyup.
Sebelum aku melangkah masuk rumah, aku mendapati Zacky telah berdiri di depan pintu. Dengan enggan aku melangkah mendekati pintu dan pura-pura tidak melihatnya, malang Zacky tampaknya tahu aku sedang marah besar padanya. Dia mencengkram tanganku kuat-kuat sampai aku menjerit kesakitan sampai-sampai kucingku lari ketakutan.
“Zacky” mendadak aku merasakan hawa panas di sekujur tubuhku.
“Aku hanya ingin memastikan kamu sudah sampai dengan selamat di rumah, aku sudah menunggumu dari tadi di sini” Bau alkohol dari mulutnya diselingi asap rokok membuatku ingin muntah.
“Lepaskan tanganku?” setengah menjerit aku menatapnya sengit
“Lho, bukannya kamu yang mau pulang sendiri” Zacky berkata dengan entengnya tanpa perasaan bersalah. Aku diam menahan amarah. Tampaknya alkohol telah membuatnya kehilangan separuh kesadarannya.
“Karena kamu sudah di rumah, jadi aku pulang ya sayang. Sampai ketemu di kampus besok” Tanpa menjawab dengan sekali sentakan pintu langsung tertutup dan aku berbalik menuju kamar, eh tahu-tahu Emak sudah berdiri di depanku.
“Ning, diakah pacarmu?”
“E, bukan” aku gelagapan menjawab pertanyaan Emak yang tiba-tiba itu.
“Dia seperti anak yang suka balap-balap di jalan” Aku tidak berani menatap mata Emak, ada perasaan bersalah merasuk tiba-tiba.
“Ning, sudah berapa kali aku bilang kalau mau pacaran, pacaranlah dengan orang yang jelas masa depannya, yang teratur hidupnya. Jangan kayak pacarmu itu, tidak ada modal tidak ada model” aku mematung di depan Emak, takut menatap matanya. Aku tahu Emak sedang murka padaku. Emak berlalu begitu saja meninggalkanku yang masih mematung.
“Ini semua gara-gara Zacky” aku menggerutu dalam hati.
***
Aku berjalan menelusuri koridor FISIP menuju ke WC. Peluh memenuhi sekujur tubuhku. Aku melangkah sambil menunduk, sampai sesosok tubuh berdiri di depan pintu WC Wanita menghalangi langkahku, aku mendongakkan kepala dan siap menyemprotkan amarahku. Namun mendadak kedua bola mataku melotot. Kemarahanku yang siap aku muntahkan tiba-tiba tertahan di ubun-ubun. Sosok seperti baru bangun tidur, rambut sebahu yang acak-acakan, mata merah menyalah, kaos oblong lusuh dengan celana pendek, dan tidak ketinggalan handuk di bahu kirinya sedang berdiri di depanku tanpa merasa bersalah.
“Maaf ya, ini WC wanita” aku beranikan diri menatap kedua bola matanya. Dia juga sedang menatapku. Pandangan mata kami beradu beberapa detik sampai akhirnya dia tersenyum dan berlalu meninggalkanku tanpa mengucapkan apa-apa.
Seminggu kemudian, barulah aku tahu kalau pria itu bernama Zacky yang juga menjabat sebagai ketua baru UKM Korpala Unhas dan aku sebagai sekretarisnya. Hari-hari berikutnya aku habiskan bersama dengannya di UKM. Dialah Zacky, yang membuatku mengeluh setiap hari, dia juga yang membuatku sakit kepala bila sehari tidak melihatnya. Seorang pria yang hidupnya dipenuhi dengan rokok, domino, dan miras, serta penuh dengan kesia-siaan. Seorang pria yang berasal dari jurusan yang sama denganku, tetapi beda 5 angkatan di atasku dan sekaligus menjadi satu-satunya mahasiswa angkatan 2003 yang masih tersisa di jurusanku. Satu-satunya alasanya kuat yang membuat aku melabuhkan hati padanya hanya karena kami berdua sama-sama suka mendaki gunung. Dia pria pertama yang mengajariku jatuh cinta dan pria pertama yang berlabuh. Aku terkadang merasa lelah menjalani hubungan kami yang menurut orang tidak ada romantisnya sama sekali. Sungguh tidak becus.
***
Selengkapnya...
Minggu, 28 November 2010
MAU GABUNG DENGAN FLP????
MAU TAHU BANYAK TENTANG FLP???
DON'T MISS IT.......!!!
MENJADI BAGIAN ORGANISASI KEPENULISAN TERBESAR DI DUNIA
BERGABUNGLAH BERSAMA KAMI....
TERBUKA UNTUK UMUM
Selengkapnya...
Minggu, 14 November 2010
Kabar Gembira FLP Unhas
Detik, menit dan jam saling berkejaran, bulan demi bulan terus berlalu, lama rasanya tak bersua dalam forum kepenulisan...
dalam kerinduan yang membuncah para Laskar pena kembali mempersembahkan Workhop Kepenulisan dan Bedah Buku "Aji Bello" dalam rangka kegiatan Pra-Tor Forum Lingkar Pena Ranting Unhas, kegiatan ini akan memperkenalkan teman-teman lebih dekat tentang dunia kepenulisan serta cara bergabung dalam perjuangan Forum Lingkar Pena Ranting Unhas.
Come On, Write Your Words, Create Your World!!!
Selengkapnya...
Jumat, 05 November 2010
Lomba Menulis Cerpen Anak Bersama Naqiyyah Syam
Assalamualaikum Wr.Wb.
Temans, sudah lama saya akan mengadakan lomba cerpen anak ini,Alhamdulillah November ini ada rezki, saya dapat mengadakannya, tapi....jangan harap lomba ini hadiahnya jutaan rupiah atau jalan-jalan ke luar negri ya! Ini untuk mengasah kemampuanmu menulis! Biasanya kalo gak ada lomba atau hadiah, semangat menulis berkurang. So, mari kita tajamkan pena dan teruslah menulis!
Syarat Lomba Menulis Cerpen Anak :
1. Peserta Umum tidak dibatasi usia atau tempat tinggal.
2.Naskah ditulis dalam Bahasa Indonesia yang baik dan benar.
3. Naskah harus asli, bukan terjemahan, saduran, atau mengambil ide dari karya orang lain yang sudah ada.
4. Naskah belum pernah diterbitkan di media massa, (cetak maupun elektronik),dan tidak sedang diikutsertakan dalam lomba lain.
5. Tema bebas, asalkan sesuai untuk anak usia 6-12 tahun.
6. Naskah diketik panjang naskah 3-4 hal, TNR spasi 2, kertas kuarto.7. Pemenang 1,2, dan 3 mendapatkan hadiah buku-buku
1. Buku Pelari Cilik, Pertualangan Ciki Si Kelinci, Aku Bisa Pakai Sarung
2. Pertualangan Ciki Si Kelinci, Aku Bisa Jaga Rumah Sendiri, Aku Tidak Kentut Sembarangan
3. Pertualangan Ciki Si Kelinci, Princess Azhi(Hadiah akan bertambah jika ada sponsor lain)
8. Deadline tanggal 27 November 2010.9. Pengumuman pemenang pada tanggal 11 Desember 2010.10. Naskah dikirim ke eddelweiss.2010@gmail.com beserta biodata (biodata deskripsi) dan foto.
11. Satu peserta hanya boleh mengirim 1 naskah terbaik.
12. 10 naskah terbaik akan diajukan ke penerbitan buku, perjanjian detail setelah pengumuman pemenang.
Ayoooo menulis! Tuliskan yang terbaik cerpen anakmu!
Segera kirimkan karya terbaikmu!
Wassalamualaikum Wr.Wb.
Naqiyyah Syam
Selengkapnya...
Lomba Menulis Cerpen Anak Bersama Naqiyyah Syam
Assalamualaikum Wr.Wb.
Temans, sudah lama saya akan mengadakan lomba cerpen anak ini,Alhamdulillah November ini ada rezki, saya dapat mengadakannya, tapi....jangan harap lomba ini hadiahnya jutaan rupiah atau jalan-jalan ke luar negri ya! Ini untuk mengasah kemampuanmu menulis! Biasanya kalo gak ada lomba atau hadiah, semangat menulis berkurang. So, mari kita tajamkan pena dan teruslah menulis!
Syarat Lomba Menulis Cerpen Anak :
1. Peserta Umum tidak dibatasi usia atau tempat tinggal.
2.Naskah ditulis dalam Bahasa Indonesia yang baik dan benar.
3. Naskah harus asli, bukan terjemahan, saduran, atau mengambil ide dari karya orang lain yang sudah ada.
4. Naskah belum pernah diterbitkan di media massa, (cetak maupun elektronik),dan tidak sedang diikutsertakan dalam lomba lain.
5. Tema bebas, asalkan sesuai untuk anak usia 6-12 tahun.
6. Naskah diketik panjang naskah 3-4 hal, TNR spasi 2, kertas kuarto.7. Pemenang 1,2, dan 3 mendapatkan hadiah buku-buku
1. Buku Pelari Cilik, Pertualangan Ciki Si Kelinci, Aku Bisa Pakai Sarung
2. Pertualangan Ciki Si Kelinci, Aku Bisa Jaga Rumah Sendiri, Aku Tidak Kentut Sembarangan
3. Pertualangan Ciki Si Kelinci, Princess Azhi(Hadiah akan bertambah jika ada sponsor lain)
8. Deadline tanggal 27 November 2010.9. Pengumuman pemenang pada tanggal 11 Desember 2010.10. Naskah dikirim ke eddelweiss.2010@gmail.com beserta biodata (biodata deskripsi) dan foto.
11. Satu peserta hanya boleh mengirim 1 naskah terbaik.
12. 10 naskah terbaik akan diajukan ke penerbitan buku, perjanjian detail setelah pengumuman pemenang.
Ayoooo menulis! Tuliskan yang terbaik cerpen anakmu!
Segera kirimkan karya terbaikmu!
Wassalamualaikum Wr.Wb.
Naqiyyah Syam
Selengkapnya...
Lomba Menulis Kisah Pendek 2010
Lomba Kisah Pendek Menggugah Pro-U Media 2010
Punya pengalaman seru, lucu, mengharukan, menginspirasi, mendapat hidayah, atau apa saja suasana hatimu setelah membaca buku-buku terbitan Pro-U Media?
SYARAT & KETENTUAN:
1. Kisah diangkat berdasarkan peristiwa atau pengalaman nyata setelah membaca buku-buku terbitan kelompok penerbit Pro-U Media (Pro-U, Pro You, Semesta, Uswah, Book Magz, Qish U, Pro Kids, Gelanggang).
2. Penambahan imajinasi, fiksi atau ‘bumbu’ karangan pada peristiwa/pengalaman nyata/otentik diperkenankan, maksimal 20% dari keseluruhan kisah yang dilombakan.
3. Kisah yang diangkat dalam lomba boleh berasal dari peristiwa atau pengalaman sendiri ataupun orang lain. Pengalaman orang lain yang dituliskan harus benar-benar kisah nyata; bukan rekayasa atau 100% fiktif.
4. Bentuk peristiwa atau pengalaman yang diangkat memenuhi sekurang-kurangnya satu kriteria berikut:
* Inspiratif: kisah bisa atau telah melahirkan ide dan terobosan yang bersifat kebaikan di tengah masyarakat.
* Memotivasi: kisah mampu menghadirkan perubahan dalam jiwa pembaca.
* Penuh keharuan: kisah mengundang keinginan untuk berbuat lebih baik kepada diri sendiri dan juga orang lain.
* Rasa bahagia: kisah berbagi peristiwa atau pengalaman menggembirakan, kabar baik atau sukacita.
* Lucu/menggelikan: kisah menceritakan peristiwa atau pengalaman unik, lucu, humor dan mampu mengundang tawa.
5. Di bagian jalan cerita, peserta WAJIB menyebutkan judul buku dan penulis buku Pro-U Media yang menginspirasi atau menggugahnya.
6. Panjang kisah 5000-15.000 karakter (termasuk spasi) atau 3-6 halaman A4 spasi 1,5. Peserta diperkenankan menambahkan ilustrasi (foto, karikatur, sketsa, grafik) di dalam postingan tulisan lomba ini.
7. Peserta WAJIB mengirimkan print out kisah yang hendak dilombakan dengan menyertakan biodata ringkas berisi: nama, alamat, nomor HP/telepon, dan link kisah postingan ke alamat panitia:
Pro-U Media
Jl. Jogokariyan No. 35 Yogyakarta 55143 Telp. (0274) 376301
Naskah dikirim paling lambat tanggal 3 Desember 2010 (Cap Pos), atau diantar langsung ke alamat panitia sebelum pukul 16.00 WIB pada tanggal 3 Desember 2010.
8. Setiap peserta menuliskan kisah yang diikutsertakan dalam perlombaan ini melalui (pilih salah satu): blog/situs, atau facebook.
a) Untuk peserta yang menuliskan kisahnya di blog/situs, boleh memposting ulang atau menyebarluaskan ke situs/blog orang lain (termasuk situs/blog berita).
b) Untuk peserta yang menuliskan kisahnya dalam catatan/notes facebook atau yang serupa), WAJIB men-tag minimal 25 (dua puluh lima) teman.
c) Pada bagian akhir postingan blog atau catatan/notes, peserta WAJIB menyertakan kalimat berikut:
Kisah ini untuk diikutsertakan dalam Lomba Kisah Menggugah Pro-U Media 2010 di http://proumedia.blogspot.com/2010/10/lomba-kisah-pendek-menggugah-pro-u.html
9. Setiap peserta boleh mengirimkan lebih dari satu karya, baik yang berasal dari judul buku yang sama ataupun berasal dari buku berbeda.
10. Peserta lomba TIDAK DIPUNGUT BIAYA PENDAFTARAN.
11. Info terbaru/up date lomba dan daftar peserta yang masuk bisa dilihat di www.proumedia.blogspot.com
KRITERIA PENILAIAN:
· Keaslian cerita
· Kekuatan menggugah/menginspirasi orang lain
· Daya tarik cerita
HADIAH PEMENANG:
· Juara 1: Rp 1.500.000,00 + paket buku senilai Rp 500.000,00
· Juara 2: Rp 1.000.000,00 + paket buku senilai Rp 500.000,00
· Juara 3: Rp 750.000,00 + paket buku senilai Rp 500.000,00
Setiap karya yang diikutsertakan dalam lomba ini secara otomatis menjadi milik Pro-U Media. Hak Publikasi untuk setiap karya ada pada Pro-U Media.
Sumber: proumedia.blogspot.com
Selengkapnya...
Senin, 01 November 2010
DICARI : NASKAH BUKU UNTUK SERI "MOTHER MONSTER
Gong Publishing mencari naskah utk buku seri MOTHER MONSTER.
Buku #1: My Anger VS My Angels
Buku #2: Me VS My Hubby
Buku #3: Maid in My House
Buku ini ditulis bersama Gol A Gong dan Tias Tatanka.
Segera! Terbuka untuk umum.
Isi: pengalaman pribadi saat Ibu sangat marah pada anak/suami/pembantu dan cara mengatasi marahnya.
Persyaratan:
1. Naskah ditulis dalam bentuk tulisan popular, serta tidak ada catatan kaki.
2. Panjang naskah 3-4 halaman, spasi 1, Times New Roman, font size 12.
3. Setiap naskah yang dibukukan mendapat honor Rp 200.000,- + nomor bukti 2 exp.
4. Gong Publishing berhak melakukan kerja sama dengan penerbit lain.
5. Hak untuk diterbitkan dalam bentuk buku, e-book dan komik ada pada Gong Publishing.
6. Hak untuk diterbitkan dalam media elektronik (film layar lebar, film televisi) ada pada penulis.
7. Naskah diterima paling lambat tanggal 31 Oktober 2010
8. Kirim naskah ke: gongpublishing@yahoo.com
9. Peserta bebas mengirimkan lebih dari satu naskah.
Selengkapnya...
LOMBA KISAH RINGAN KESEHATAN/KECANTIKAN
LOMBA KISAH RINGAN KESEHATAN/KECANTIKAN (powered by Leutika Publisher)
Kamu / sodaramu / kerabatmu / kenalanmu, punya pengalaman dalam usaha menjaga kecantikan / kesehatan yang lucu / konyol / menggelikan / mengenaskan (ups!), misalnya nih :
- Pake obat jerawat harga selangit, wajah malah tambah berbintang-bintang
- Diet ketat, malah tambah berat badan atau justru masuk RS
- Olahraga gila-gilaan biar fit, malah salah gerakan dan terkilir
- De-el-el, de-es-te
Ayo, ikuti lomba kisah ringan kecantikan/kesehatan dengan syarat tehnis sebagai berikut :
1. Kisah ringan harus berasal dari pengalaman pribadi, boleh diri sendiri atau orang lain
2. Ditulis dalam bahasa yang segar dan diutamakan ada hikmah yang didapat, misalnya : kapok memakai kosmetik sembarangan, kapok diet tanpa konsultasi dengan ahlinya, jadi lebih berhati-hati mengonsumsi suplemen, dll
3. Panjang naskah 400 - 600 kata (kira-kira 1,5 – 2,5 halaman kuarto), ditulis di note FB masing-masing dengan menyertakan upload cover buku Crazy Moment dan di-tag ke minimal 20 orang termasuk Tarapuccino Group dan Riawani Elyta disertai ajakan mengikuti lomba ini (untuk yang FB Group, jika gagal men-tag, cukup share link saja)
4. Deadline pengumpulan kisah sampai dengan 20 Nopember 2010 jam 24.00 wib
5. Hanya boleh mengirimkan satu naskah
6. Lomba juga terbuka untuk para kontributor antology A-Z Panduan kesehatan/kecantikan muslimah *)
Penghargaan :
Akan dipilih 10 (sepuluh) kisah terbaik untuk dibukukan bersama / menjadi suplemen dalam antology A-Z Panduan kesehatan/kecantikan muslimah, dan kepada masing-masing pemenang akan mendapat hadiah 1 (satu) eksemplar buku Crazy Moment yang dikirimkan ke alamat di Indonesia. Pihak koordinator akan berusaha menawarkan naskah tersebut ke penerbit dengan usaha untuk diterbitkan. Untuk prosentase royalti atau reward dalam bentuk lain bagi para pemenang lomba akan dibicarakan lebih lanjut dengan koordinator setelah naskah dinyatakan layak terbit.
*) Bagi yang belum tahu tentang antology ini dan berminat ikutan, silahkan kulik-kulik aja info lengkapnya di wall Tarapuccino Group dan gabung disana.
Thanks a lot.
Salam,
Riawani Elyta
Lomba ini terselenggara atas dukungan dan kerjasama :
Leutika Publisher
Selengkapnya...
Selasa, 26 Oktober 2010
Kompetisi Esai Berhadiah ke Jerman
Perdamaian
Perdamaian selalu menjadi apa yang dicita-citakan para pendiri bangsa Ini. Namun dibalik kulit mulus demokrasi Indonesia, tersimpan luka dalam peninggalan masa lalu (luka sejarah),Luka abadi yang mengancam persatuan dan kesatuan bangsa, salah satu catatan kelam dalam sejarah bangsa kita adalah tragedi 65.
Anak Muda dan Rekonsiliasi
Menyadari peran dan potensi generasi muda sebagai agen perdamaian dan rekonsiliasi, Majalah Historia (www.majalah-historia.com) bekerjasama dengan Friendrich Ebert Stiftung, Goethe Institute, Tempo Institute, majalah Tempo dan Koran Tempo, menyelenggarakan kompetisi menulis esai sejarah bagi generasi muda usia 17-25 tahun (minimal sudah menjadi siswa smu)
Tujuan
Mengajak anak muda membicarakan luka sejarah, khususnya tragedi 1965, bagaimana anak muda memandang persoalan ini dan bagaimana sebaiknya kita –sebagai bangsa— mengambil langkah ke depan demi rekonsiliasi.
Mengapa Esai?
Esai adalah bentuk tulisan yang subyektif, yang menyatakan pikiran dan perasaan si penulis, sehingga merupakan bentuk tulisan yang tepat untuk konteks "Menyembuhkan Luka Sejarah–Refleksi Kaum Muda Atas Tragedi 1965" ini.
JUARA 1
Summer Course di Jerman selama satu bulan + Langganan Gratis Majalah Tempo selama satu tahun.
JUARA 2
Laptop/Note Book + Langganan Gratis Majalah Tempo selama satu tahun.
JUARA 3
Uang tunai 2.5 juta rupiah + Langganan Gratis Majalah Tempo selama satu tahun.
Ketentuan:
1.Peserta berusia 17-25 tahun , menyertakan kopi kartu pelajar/KTM/KTM
2.Menyertakan surat keterangan orisinalitas naskah
3.Naskah harus mengikuti Panduan menulis
4.Naskah bisa dikirim dalam bentuk soft copy ke: redaksi.esai@... atau dikirim langsung ke alamat redaksi Majalah Historia : Gedung Strategi JL Raya Kebayoran Lama 18 CD Jakarta 12220
5.Naskah selambatnya di terima redaksi pada hari selasa, 30 November 2010
6.Hanya Naskah yang ditulis sesuai ketentuan yang akan dilombakan.
Sebarkan informasi ini sebagai langkah kecil menuju rekonsiliasi.
Info http://kompetisiesai.blogspot.com/
http://www.majalah-historia.com
Selengkapnya...
Selasa, 28 September 2010
Deadline! Antologi 'Meniti Jejak Bocah di Peti Sejarah'
Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Folipenol hadir kembali mengajak para penulis se-antero nusantara bahkan mancanegara untuk ikut serta dalam antologi yang akan kami terbitkan. Temanya : 'Meniti Jejak Bocah di Peti Sejarah'.
Apaan sih?
Disini kami ingin mengajak anda kembali kemasa kecil dulu. memungut serpihan kenangan di masa kanak-kanak dengan segala permainan tradisional yang dulu masih bisa kita nikmati. Berbeda sekali dengan sekarang dimana anak-anak direcoki oleh game virtual yang merajalela, nintendo, PS, game online, timezone. Nyaris sekarang jarang sekali ditemui permainan seperti loncat tali, gundu, gobak sodor, layang-layang, petak umpet, dll.
Karenanya kami ingin kembali memutar ingatan akan masa bahagia kala kecil dulu. Juga semoga generasi sekarang dapat membaca bagaimana permainan yang mengasyikkan tidak kalah dengan permainan sekarang. Belum lagi nilai ukhuwah yang terjalin. Dan semoga tidak hilang tergerus jaman.
Nah, udah jelas kan. Buruan kirim kisah kalian. Ini dia nih syaratnya :
1. Naskah yang dikirim harus menceritakan kisah permainan masa kecil di daerah kalain yang paling berkesan
2. Lebih diutamakan jenis permainan yang unik dan mulai dilupakan
3. Merupakan kisah nyata dan terdapat pelajaran yang bisa diambil
4. Boleh mengirim maksimal 2 naskah
5. Panjang naskah 800-1000 kata, font TNR 12 spasi 1 folio.
6. Sertai biodata singkat yang berisi nama, nama pena (jika ada), alamat, email, no telpon/hp, dll
7. Naskah dikirim melalui email permainankecilku@gmail.com dengan attachment.
8. Naskah paling lambat diterima tanggal 30 September 2010 pukul 24.00 WIB (Tidak ada dispensasi pertambahan waktu)
Akan dipilih 30 naskah yang paling unik dan inspiratif untuk kami terbitkan. Setiap penulis akan diberlakukan sistem royalti dengan ketentuan royalti dibagi 30 penulis. Penulis juga akan mendapatkan satu buah buku dan souvenir.
Pengumuman tanggal 20 Oktober 2010.
Buruan kirim karya kalian. Replay kembali memori masa kecil dan permainan yang paling berkesan.
Wassalamu'alamualaikum.
Folipenol Publishing
Selengkapnya...
ISLAMIC SCIENCE WRTING COMPETITION
Tema kompetisi artikel:
• Tema umum : Sains Islam
• Bidang pilihan :
1. Astronomi
2. Biologi
3. Fisika
4. Geografi
5. Kimia
6. Kesehatan
7. Matematika
Persyaratan peserta
1. Merupakan mahasiswa S1 atau program diploma di seluruh Indonesia
2. Lomba bersifat individu
3. Peserta wajib menyertakan pindaian (scan) Kartu Tanda mahasiswa (KTM) yang masih berlaku, dimuat pada daftar riwayat hidup
4. Peserta wajib membuat artikel sesuai dengan format penulisan yang telah ditentukan (format penulisan dapat di download dari website)
5. Peserta boleh mengirimkan lebih dari satu artikel, tetapi hanya dapat memenangi satu judul saja
Ketentuan naskah
1. Artikel ditulis berdasarkan salah satu dari topik pilihan yang telah ditentukan
2. Judul bebas, sesuai dengan topik pilihan yang dipilih untuk dibahas
3. Naskah berupa artikel ilmiah popular atau semipopular
4. Tulisan berupa hasil penelitian lapangan, laboratorium, atau kepustakaan
5. Naskah ditulis menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar (kecuali kutipan langsung)
6. Naskah tidak menyinggung SARA serta unsur-unsur yang melanggar norma susila
7. Artikel yang dilombakan bukan hasil plagiarisme dan belum pernah dilombakan pada lomba apapun.
8. Naskah yang sudah dikirim menjadi hak milik panitia
9. Naskah yang tidak memenuhi ketentuan yang telah dibuat, tidak akan dinilai juri, harap memerhatikan ketentuan dengan baik!
10. Sumber acuan harus jelas dan dapat dipertanggungjawabkan
Pengiriman naskah
1. Naskah dikirim melalui e-mail ke alamat islamicscience.ilmiy@gmail.com
2. Cara penulisan file: Nama Lengkap-judul artikel (contoh: Muhamad Muhaimin-Prinsip ekologi Islam)
3. Naskah dikirim dalam format *.doc dan *.pdf, dikirim sebagai lampiran (attachment) dan pada kolom subjek e-mail ditulis: Islamic science writing competition 2010
4. Pengiriman naskah selambat-lambatnya tanggal 17 Oktober 2010 pukul 21.00 WIB
Tahap penilaian dan Aspek penilaian
- Tahap penilaian terdiri dari:
1. Seleksi administratif, naskah yang lolos seleksi administratif dapat dilihat pada website: http://bigmoment.wordpress.com/ dan akan selalu di-update pada setiap hari senin, pukul 20.00 WIB
2. Seleksi juri, penilaian oleh dewan juri
3. Keputusan dewan juri mutlak dan tidak dapat diganggu gugat
-Aspek yang dinilai :
1. Kesesuaian isi dan judul artikel bobot: 10
2. Format penulisan bobot: 10
3. Orisinalitas artikel (gagasan yang baru bobot: 25
dan inovatif)
4. Nilai guna bagi masyarakat umum bobot: 15
5. Ketajaman dalam analisis dan sintesis bobot: 20
6. Simpulan dan rekomendasi bobot: 20
Bobot total : 100
Pemenang dan hadiah
1. Pengumuman pemenang tanggal 8 November 2010, dapat dilihat di :
• Website http://bigmoment.wordpress.com/
• Koran
2. hadiah
• Juara 1 : Uang tunai 1.000.000 + sertifikat + Modem
• Juara 2 : Uang tunai 750.000 + sertifikat + Flashdisk 8 GB
• Juara 3 : Uang tunai 500.000 + sertifikat + Flashdisk 8 GB
3. Output lainnya adalah seluruh naskah yang telah lolos seleksi administratif akan dipublikasikan ke dalam bentuk buku
Untuk informasi tambahan, silakan klik situs resmi redaksi di http://bigmoment.wordpress.com/ , atau hubungi contact person di bawah ini:
1. Muhamad Muhaimin 02191357269
2. Tsabitah 08990662659
Selengkapnya...
Jumat, 03 September 2010
ANTOLOGI KISAH GOKIL DAN INSPIRATIF BERSAMA HEWAN
Assalamu'alaikum, teman-teman...
Tahukah teman-teman bahwa Subadut Mangku Projo Suami Pus Tower benar-benar tidak pulang? Ya, saksi mata mengatakan bahwa sesesorang telah memasukkan ke dalam karung bersama beberapa kucing dandiangkut entah kemana? padahal Subadut Mangku Projo adalah kucing penjaga yang baik di wilayah kami.
Dan teman-teman tahu kan dengan cicak? Seorang guru pernah naik meja saat mengajar gara-gara ada cicak di dekat sepatunya
Dan adik saya? Hai, hai..., begitu cintanya pada ayam maka ayam pun ditimang-timang, dan dengan sukses sang ayam mematuk alisnya (untung bukan matanya)
Nah, teman-teman pasti punya banyak cerita yang berhubungan dengan hewan kan? Misalnya diantara teman-teman ada yang punya phobia dengan beberapa mahluk tertentu, entah itu kucing, anjing, bebek, angsa, itik, ayam, semut *oh gak mungkin ya :D*Pasti kisahnya seru-seru tuh tentang phobia tersebut ya?
Cerita apapun yang berhubungan dengan hewan kesayangan atau hewan yang ditakuti, bahkan dibenci, kini saatnya untuk berbagi.
Caranya:
Pilih salah satu atau boleh kirimdua-duanya.
a.versi kisah gokil bersama hewan
ditulis dengan bahasa yang gokil banget ya. Tapi harus sopan dan tidak mengandung unsur pornografi.
b.kisah inspiratif bersama hewan
Cerita apapun bersama hewan yang menginspirasi.
Syaratnya:
1.Tulisan harus kisah nyata. Boleh pengalaman simbah, pak dhe,bu dhe, keponakan, suami, istri atau teman.
2. TNR, 12, 1 ½, 4-8 halaman. Naskahberbentuk attachment (jangan di badan email).
kirim ke: Paling.gokil@yahoo.co.id
Subjek: antologi hewan
Ditunggu naskahnya sampai tanggal 20 september 2010*masih lama kan?*
Oh iya tolong disebarkan ya? terimakasih
Wa'alaikumsalam wr.wb
Salam
Shabrina WS
pemilik Pus Tower (tokoh dalam novel, Kisah Kucing Korban Lumpu rLapindo)
Selengkapnya...
Rabu, 11 Agustus 2010
Kompetisi Esai Mahasiswa 2010
Indonesia membutuhkan kamu.
Indonesia membutuhkan anak muda, pemilik sah masa depan, untuk mewarnai dan merawat dengan semangat bhinneka. Sebab, nasionalisme hanyalah kata-kata kosong tak bermakna jika tanpa diikuti sikap kritis, gagasan, dan juga harapan akan masa depan.
Kompetisi Esai Mahasiswa 2010 adalah sebuah ikhtiar merawat negeri yang bhinneka; Tahun kedua dalam rangkaian kegiatan Kompetisi Esai Mahasiswa “MENJADI INDONESIA”.
Kegiatan ini adalah kerja sama TEMPO Institute, Sekretariat Dewan Ketahanan Nasional, Perhimpunan Indonesia Tionghoa, didukung oleh President University, Mien R. Uno Foundation, dan PLN.
Kami menantang mahasiswa, selapis tipis populasi yang beruntung menikmati pendidikan tinggi, untuk bersama menghargai pencapaian dan sekaligus menggali inisiatif membenahi centang-perenang persoalan bangsa.
TEMA: Nasionalisme Ala Gue
Subtema:
1. Budaya
Budaya adalah keseluruhan sistem sosial masyarakat. Bagaimana membangun Indonesia yang punya kebanggaan, keteguhan, tidak minder, dan malu korupsi?
2. Ekonomi – Kewirausahaan
Kewirausahaan diyakini sebagai kunci kebangkitan Indonesia. Namun, ada berbagai prasyarat yang menuntut terwujudnya kewirausahaan. Kemandirian, kejujuran, ketangguhan, kreativitas, dan juga iklim yang kondusif. Bagaimana kita bisa membangun prasyarat ini, mulai dari tingkat lokal? Bagaimana model pendidikan yang tepat untuk menumbuhkan kewirausahaan?
3. Kepemimpinan
Nilai kepemimpinan, terutama semangat melayani masyarakat, semakin tergerus. Apa yang bisa dilakukan anak muda, yang nota bene adalah pemimpin dan pemilik masa depan Indonesia, untuk menumbuhkan kepemimpinan yang solid?
4. Sosial
Indonesia negeri yang bhinneka. Namun, belakangan ini kebanggaan pada keberagaman ini mulai terkikis. Beberapa kelompok memaksakan kebenaran versi mereka sendiri. Apa yang kamu bisa lakukan untuk memupuk kebanggaan dan penghormatan pada keberagaman ini?
Jadwal
* Tenggat Pengiriman Naskah: 20 September 2010, 24.00 WIB
* Pengumuman Pemenang: 9 Oktober 2010
* Workshop untuk 20 Finalis: 25–28 Oktober 2010
Hadiah
* Juara I: Laptop + Rp 6.000.000
* Juara II: Laptop + Rp 4.000.000
* Juara III: Laptop + Rp 2.000.000
Ketiga pemenang plus 17 pengirim esai terbaik akan mendapat kesempatan mengikuti workshop kepemimpinan dan teknik menulis di Universitas President, Jakarta, bersama para tokoh Indonesia.
Baca Panduan:
klik www.menjadi-indonesia.org
Selengkapnya...
Minggu, 08 Agustus 2010
(Dibutuhkan Kontributor Naskah) ONE DAY IN LIBRARY : Kisah Seru di Perpustakaan
Dalam rangka memperingati HARI KUNJUNGAN PERPUSTAKAAN di Indonesia
yang jatuh pada tanggal 14 September (sumber:http://www.annida-online.com/aksara/perpustakaan-kita-dari-mana-dan-mau-ke-mana.html maka saya ingin menyusun sebuah
buku dengan judul ONE DAY IN LIBRARY yang berisi tentang berbagai Kisah Seru
di Perpustakaan. Proyek ini adalah kelanjutan dari Lomba Kisah Seru di Perpustakaan yang saya
adakan pada awal tahun 2009 yang lalu, namun setelah terkumpul sebanyak 164 naskah dan sudah
diumumkan pemenangnya (juga dikirimkan hadiahnya) ternyata saya “mandeg” karena mendapat
amanah penting dari Allah SWT yaitu berupa kehamilan ke-4 yang menghasilkan buah hati ke-3 pada awal tahun 2010. Saat ini, anak saya yang paling kecil tersebut sudah berusia 6 bulan jalan, dan saya sangat berhasrat untuk menuntaskan kumpulan naskah ini disusun menjadi sebuah buku.
Setahun yang lalu, banyak yang mencantumkan pengumuman lomba Kisah Seru di Perpustakaan ini antara lain :
http://flpdepok.multiply.com/calendar/item/10044/Lomba_Menulis_Kisah_Seru_Di_Perpustakaan_
http://www.goodreads.com/topic/show/96886-lomba-menulis-kisah-seru-di-perpustakaan
Saya juga surprise karena info lomba ini bisa masuk ke situs Goodread, siapa yang posting ya?
Sumber aslinya, adalah blog saya sendiri di http://robida.multiply.com/
Oh ya, karena kumpulan naskah terdahulu yang sudah masuk mengalami trouble dalam penyimpanan file-nya … saya mohon ma’af bagi peserta yang dulu sudah mengirim naskah
karena untuk saat ini saya akan memulai dari awal dalam mengumpulkan dan menyeleksi
naskah. Bagi yang merasa dulu sudah mengirim sebagai peserta lomba, dapat mengirim ulang
naskah yang lama plus naskah yang baru sesuai persyaratan yang berlaku saat ini. Berikut ini
adalah persayaratan mengirim naskah :
1. Kontributor menjadi teman Ida Mulyani Robit di Facebook.
2. Kontributor bersedia mengirimkan naskah tanpa honor, hanya mendapatkan 1 eksemplar
buku yang diterbitkan & hadiah paket sabun herbal serai plus (sabun perawatan alami & murni
plus aromatherapy). Perjanjian menyusul setelah lolos seleksi naskah.
3. Mengirim naskah yang lucu/kocak/gokil, mengharukan/ sedih, menyebalkan/ memuakkan, membahagiakan, mengagumkan, dsb. Pokoknya yang seru dech!!! Settingnya di : Perpustakaan (semua jenis Perpustakaan) . Sebenarnya, gaya penulisan bebas bertanggung jawab sih, asal menarik! Lebih disukai yang mengikuti EYD dan sudah diedit terdahulu oleh penulis. Jenis tulisan sebaiknya essai (bukan cerpen seperti yang dulu saya cantumkan di syarat lomba).
4. Kisah ini diharapkan kejadian nyata atau True Story (bukan imajinasi atau khayalan)yang bisa bikin ngakak atau bikin terbawa perasaan lainnya (kaget/suprprise, sedih, kesal, dsb.) Subjek atau objek dalam cerita tidak harus sebagai pustakawan, tetapi juga bisa sebagai pemakai (pengalaman waktu mengunjungi perpustakaan ketika duduk di bangku SD sampai kuliah dst. Kalau TK gak usah dulu dech ya …)
5. Cantumkan alamat e-mail & no. HP yang aktif (untuk dihubungi).
- Jumlah halaman : minimal 2 lembar, maksimal 4 lembar.
- Font : Times New Roman, spasi 1,5, kertas Quarto/A4.
- Dikirim dengan attachement (file : RTF)
- Tambahkan lembar khusus Biodata Penulis yang singkat & padat tapi keren!
- Boleh dilampirkan juga foto paling keren penulis (terbaru).
- Kalau bisa nama asli dicantumkan, meskipun memakai nama samaran.
6. Agar buku ini menarik & tidak membosankan, diharapkan kisahnya yang unik dan tidak
pasaran serta penulisannya runtun (terkonsep dari awal sampai akhir), tidak bertele-tele,
ada konflik menarik dan klimaksnya seru! Jika ada uraian yang kira-kira umum dialami oleh
banyak orang, disingkat saja tidak usah panjang-panjang. Perasaan khusus terhadap sebuah
organisasi kecil yang bernama Perpustakaan juga dibebaskan, boleh mencintai atau membenci.
Bisa juga netral, yang penting punya kisah menarik & seru di Perpustakaan (pada suatu hari).
7. Buku ini akan diterbitkan secara indie di bawah “label” ==> Hosophos Script Publishing.
Kirimkan naskah anda berupa attachement RTF ke alamat e-mail berikut ini :
hosophos_script@yahoo.com paling lambat 2 minggu setelah undangan ini (4 Agustus 2010)
yaitu tepatnya 18 Agustus 2010 (deadline). Pengumuman naskah yang lolos tgl 20 Agustus 2010 bertepatan dengan ulang tahun ke-71 Ibunda saya tercinta.
8. Tidak ada surat-menyurat melalui media apa pun dengan saya. Kirimkan 1 judul naskah yang terbaik dari tulisan Kontributor.
9. Keuntungan dari penjualan buku ini akan disalurkan untuk sumbangan sosial kepada pihak
yang berhak mendapatkannya (diutamakan anak Yatim) dan Insya Allah amanah. Jadi jika ikut menjadi Kontributor buku ini juga sekaligus beramal, amiiin …
10. Boleh menyebarkan info lomba ini, dan diharapkan mengikuti jadwal deadline yang singkat
ini, untuk mengejar target terbit yang semakin cepat! Ingat syarat : jadi teman saya dulu di FB.
Demikian info dari saya, teman-teman … kalau ada pertanyaan bisa ketik di komen supaya bisa dibaca oleh semuanya ya? Terima kasih. AYO BURUAN, DITUNGGU NASKAHNYA !!!
JANGAN SAMPAI GAK IKUT, APALAGI YANG “FAMILIAR” SAMA PERPUSTAKAAN !!!
Salam Perpustakaan,
Ida Mulyani, S.Hum
(Mantan Pustakawati)
Selengkapnya...
Sabtu, 07 Agustus 2010
Tulisan-Tulisan yang Menunggu
Naskah Peserta TOR:
Aku Sayang Nenek (Nurafni Oktaviani)
Aku, Kamu, dan Palestina (Feby Widyanata)
Di Balik Hitam dan Putih (Arieska Arif)
Rul Bukan Mesin (Reza Al-Sofyan)
Janji Tak Kunujung Tunai (Ayu Indayanti Ismail)
Rani dalam Diamnya (Masnawati M)
Rindu Alone (Kupu-kupu biru)
Setitik Zahra (Fitri Hakim)
Menunggu Pelangi (Dewi Rahmayani)
Cermin dan Bayangan diri (Ngore)
Penyakit yang Aneh (Ngore)
Pengorbanan Tak Terduga (Ngore)
Simbol Pembela Kaum yang Lemah (Ngore)
Bait Kehidupan (Supriadi)
Hari Pertama (Feby Widyanata)
Senandung Cinta untuk Gadis (Feby Widyanata)
Tulisan Perkamen (Noviar Syamsuryah S)
Penantian (Muh.Zainal)
Bocah Bertopi Merah Putih (Noviar Syamsuryah S)
Mendadak Ujian (Noviar Syamsuryah S)
Suara untuk Syara (Noviar Syamsuryah S)
Surat dari Gaza (Noviar Syamsuryah S)
Teguran Perjalanan (Noviar Syamsuryah)
Naskah Palestina
Cerpen:
Bidadari Pembawa Lentera (Halimah Ayu)
Tembok Perang di Masa lalu (St.Muttia A.Husain)
Jihad Intifadah (Zulya Hamidah)
Bayangan Al-Aqso dalam Kenangan (Remazu)
Cinta untuk Palestina (Muthie Salsabil)
Darah Para Mujahid (Qiyash)
Jeritan-Jeritan yang Menunggu (Chara Aw)
Faza (Raidah Intizar)
Firosyah Lil Filistine (Kupukupu biru)
Karangan Bunga Sang Kekasih (Nurkhaerah)
Kepedulianku (Aisah Nuhuyan)
Rezim Zionis (Aisah Nuhuyan)
Rindu di Ujung Gaza (Ani Dzakiyah)
Semalam di Palestina (Aisah Nuhuyan)
Sketsa Hujan Perjuangan (Nendenk Nd)
Puisi:
Untukmu Palestina (Remazu)
Belatung-Belatung Israel (Cipiet)
Jeritan Palestina (Nurhayati)
Menelisik Duka di Bumi Palestina (Saputri Mulyanna)
Nurani Bertanya (Saputri Mulyanna)
Palestinaku diapit Amerika dan Israel (Ina Qaniah Ilyas)
Negeri yang Menunggu Mati (St.Muttia A Hussain)
Palestina Berduka (St.Muttia A Hussain)
Tembok-tembok perang (St.Muttia A Hussain)
Derita Palestina, Sampai kapan? (Nurul)
Sebuah Puisi Untuk Palestina dan Kita Semua (Uswatun hasanah)
Selengkapnya...
Kamis, 05 Agustus 2010
FLP Info
FLP INFO : Setelah Flp berganti nahkoda kepemimpinan, barulah tiba saatnya, rancangan kerja akan Dirumuskan bersama. Dialah Pemegang Estapet itu : Supriadi ( Pertanian 08) sebagai ketua umum. Bulqia mas'ud ( sastra 08), Sukmawati ( Fisif 08) dengan beberapa tim Inti : St Mutiah ( Fisip 08) sebagai koordinator kaderisasi, a, asrawati ( sastra 08) sebagai koordinator PenBIt, Muh. tajrim ( EKO 08) sebagai koordinator Humas, Fitriagustian ( MIPA 09) sebagai koordinator Danus serta Dewi ( FKM 08) sebagai koordinator Kesektariatan. Melanjutkan Estapet dari seorang pemimpin seperti Fitrawan Umar memang berat, namun Selalu menjadi lebih baik adalah motto yang bisa dipercayai dari ketua Flp kepengurusan 2010 ini. Ridhai kami ya ALLAH Menanti Musker IV FLP ranting Unhas, 2 Agustus 2010
Selengkapnya...
Selamat Ramadhan..
Keluarga Besar Forum Lingkar Pena Unhas mengucapkan
Selamat Memasuki Bulan Suci Ramadhan
Saatnya Berkarya dan Berbagi...
Selengkapnya...
Minggu, 25 Juli 2010
Kamis, 22 Juli 2010
Habis Gelap Nggak Terbit-Terbit
(Dari Buku "Suka Duka Penulis Pemula" FLP Sulsel)
R. Buba Dias
Bacalah dengan nama Tuhanmu
Bismillah el-rahman el-rahim
Jadul (jaman dulu) yang amburadul
(aduh! Ah! Uh!)
"Mengetahui tujuan kita, jauh lebih penting
daripada mengetahui seberapa
cepat kita dapat sampai di sana."
Kata-kata Martin Vanbee dalam buku Kesuksesan 101 ini, seirama cambuk menderaku di kesunyian. Kesunyian yang melahirkan letupan-letupan kemelut jiwa badai hati tak bertepi. Hingga aku tak tahu kapan tiba saatnya berhenti. Seandaikan cambuk itu digenggam oleh Ayahku saat jemari ini mampu memeluk pena, dan mengajaknya menari di atas altar putih wajah kertas…mungkin saat ini aku sedang tidur nyenyak di atas tumpukan buku-buku karyaku.
Novel, cerpen, dan majalah serta koran yang beraroma sastra menjadi sahabat sejati dalam perjalanan karir kepenulisanku. Hamka pernah membuatku panik, ketika, ia mengajakku berlayar dengan kapal Van Der Wijck dan tenggelam bersamanya. Lain waktu, aku tersungkur karena Sayap-sayapku Patah. Beruntung Kahlil Gibran meraih dan memapahku bersama Sang Nabi. Satu, yang membuatku tetap melangkah, walau onak dan duri jenuh selalu menghujam deras mendera. Tak lain karena Sang Khairil Anwar yang sudi mengajakku untuk hidup seribu tahun lagi. Walaupun, aku hidup dari kumpulan yang terbuang , tetapi, aku tak ingin menjadi binatang jalang.
Bukan main pontang-panting aku meniti dan memahat karya. Pulang sekolah, refresh otak dikit, selepas tahlil, tahmid and takbir membasahi bibir, (tentunya basah juga oleh ratusan butir nasi dan ratusan cc air gallon) kusambar buku dan pena. Aneh… semakin kuasah, semakin banyak saja sobekan kertas memenuhi tong sampah di kamar tidurku. Huuuuhhh…aku sampai tak tahu lagi, mana ranjang, dan mana meja tulis? Karena kantuk tak lagi menyapa. So, hanya lelah yang masih iba bertahta di kelopak mataku dan menutupnya tanpa kusadari; di mana dan kapan?
Kalau tadi, tugasnya buku dan pena. Sekarang, biarkan mesin ketik yang bersabda. Tapi jangan bilang-bilang orang ya, mesin ini aku pinjam sama Ancha (sobat karib) ketua mading asrama Pondok Pesantren Hidayatullah Pusat Balikpapan. Plus kertas HVS tentunya. Sekali-kali jadi parasit, kan sah-sah aja, he…he…he…
Tak…tik…tuk…denting mesin ketik menjadi musik terindah di sini (di pesntren) ketika, musik tak berkutik. Aku semakin gila tuk menulis, menulis, dan menulis. Sampai tiba saatnya nanti, jemari ini akan menari secara otomatis meninggalkan guratan relief kata-kata yang…
Kita tinggalkan sejenak jaman dulu dengan irama datar yang selalu saja tak…tik…tuk…kretek…ting! Di sudut langit-langit terdengar sayup-sayup—entah pujian atau ejekan—"Ck…ck…ck…" hap, sambil menangkap nyamuk.
To be continued…
Millenium 2 lebih 7 tahun
(manis, manis, dan maniiiiiiiiiissss)
"Sepisaupa sepisaupi
sepisaupa sepisaupi
sepisaupa sepisaupi
sampai pisaunya ke dalam nyanyi."
Sepi dan nyanyi, dua realitas berbeda yang selalu menghantui piranti hidupku. Hantu yang jauh dari kesan menyeramkan, namun menyebalkan! Tapi…aku suka. Karena hantu-hantu tersebut adalah sahabat-sahabat seiring sejalan senada seirama sependeritaan sepenanggungan dalam kerasnya kuliah di UIN dan sumpeknya ngekos di bawah kolong langit Makassar. Dan pisaunya mengkristalkan kata-kata "Enak ya punya teman cerpenis, tiap minggu rekening banjir, dan coffee morning jalan terus…"
Saat para pembaca yang budiman menjelajahi dunia kata ini, mungkin saja aku dan para Gondoruwo (karena rambut mereka panjang dan bergelombang, juga aku tentunya) sedang ngopi bareng di Waroeng Pak Idris, di tepi Jalan Sultan Alauddin, pas, di depan kampus kami tercinta, ha…ha…ha…so, aku yang nraktir. Katanya sih, sepenanggungan. Tapi perasaan… aku terus yang jadi objek penderita kalau urusan bayar-membayar. Ufs, kudu ikhlas, biar jadi daging buat mereka. Kebetulan juga hari ini, royalty menimpaku secara beruntun; dari Kompas Rp 500.000, cerpen (Tak Selamanya Kaktus Berduri). Dari Republika Rp 400.000, juga cerpen (Akulah Tuhan Akulah Hantu). Dari Fajar Rp 250.00, lagi-lagi cerpen (Ruang Rindu Ririn). Dari Suara Hidayatullah Rp 400.000, figur tentang Rektorku (Masih Adakah Hari Esok?). Terakhir, sinopsis buku Oragon (Joki-joki Naga Terbang), barternya dengan buku dari penerbit. Ibarat ketiban bulan, (untung bukan durian) hidup lagi cacing satu bulan, senyumku mengembang. Ya, lumayanlah, untuk ukuran mahasiswa berdikari seperti aku. Terbayang di mataku; nasi plus lauk, uang semester, biaya makalah, coffee morning, etc tanpa apel malam mingguan, titik. Welcome to the jomblo, and jomblo is the best.
Sedikit demi sedikit, lama-lama menjadi bukit. Jerih payahku menulis tak sia-sia. Dulu, mesin ketik aja sampai pinjam sama Ancha. Sekarang, laptop pribadi man! Ditambah lagi RX King seri terbaru (ssstt…kredit gitu) dengan emisi gas buang rendah dan aman, yang kini selalu menyertai perjalananku wara-wiri kesana-kemari. Tak lupa menabung (untuk bangun rumah plus tangganya ) dan kirimin emak di Bekasi, sebagai bukti birrul walidaini, ehm..ehm…ehm…o, iya! Hampir lupa nih. Paling apes dalam sebulan aku bisa menerima royalti ya, satu sampai dua juta rupiah. Bahkan, kadang-kadang lebih. Itu baru dari cerpen. Dari; artikel, opini, sinopsis, figure, dan puisi, aku ga' hitung. Hitung-hitung buat biaya kredit motor. Ternyata, enak ya jadi penulis.
Tetapi, ada juga gak enaknya. Beberapa pengurus mading, mendudukkanku sebagai Editor, pikir deh, apa nggak ? Namun senyum manis mereka membuatku luluh klepek-klepek. Juga tidak ketinggalan FLP Sulsel yang selalu mengundangku memberikan materi untuk pengkaderan penulis pemula. Kapan ya, aku bisa nulis buat FLP?
Yang manis-manis, di pending dulu. Masih ada si…itu tuh?
To be continued…
Sambungannya Jadul
(ngos-ngosan)
"aku tahu
menjadi penulis besar itu tidak gampang
aku hanya minta Satu
untuk menjadi penulis tanpa kebesaran
tapi kata yang kau ucapkan
"masih kurang nyastra."
Lanjuuuuutttt…sekarang saatnya yang paling tepat untuk melihat jatuh bangun aku mengejarmu…sorry, I am sorry. Kok jadi dangdut sih? maksudnya, jatuh bangun mendaki tebing cerpenis sejuta nama. Kok bisa? Nggak boleh penasaran, sekarang, tarik napas aja dalam-dalam dan selamat menyelam. Blubuk…blubuk…blubuk…
Aku yang bernama asli Said Abu Bakar ini, lahir ribuan hari silam di atas kapal yang sedang berlari-lari kecil di halaman Sungai Mahakam Samarinda. Pas udah gede, di masa SMA (Sekolah Madrasah Aliyah) aku merakit nama pena dari namaku sendiri yang dibaca terbalik dari sebelah kanan, sama dengan Raka Buba Dias, disingkat menjadi R. Buba Dias. Pertama kali menulis, buat si dia…selanjutnya terserah anda. Kemudian dari mading ke mading. Dari mading school sampai mading Asrama Putra P.P. Hidayatullah Balikpapan tempat aku nyuri ilmu. Nggak kirim ke Asrama Putri nih? Aje gile! Ketangkep basah bisa di DO gue. Pasti mata-matanya ustadz tuh orang. Gantung diri itu kan dilarang ama Tuhan, nah yang begitu-itu tuh, gue anggap gantung diri, walaupun, di bawah pohon tomat.
Kemampuanku semakin terasah. Cerpen kulibas menabrak cerbung dengan judul Joko Gendeng—terinspirasi sama Pak Joko guruku yang gokil—Pendekar Suling Sakti. Ya lumayanlah, cerbung ini sempat tampil sampai beberapa edisi sebelum akhirnya Joko Gendeng mati dalam otakku yang buntu. Cerbung menjadi (cerita tak bersambung) sampai aku makan bangku kuliahan di UIN Makassar pun belum terpikirkan kembali untuk meneruskan si Joko. Joko…Joko…nasibmu.
Nah, sekarang klik start, terus klik my document, dan pukul kepala tikus yang sebelah kiri pada computer ketika melihat Habis Gelap… Kucek-kucek mata, kalau perlu, pakai kacamata setebal pantat botol yang berwarna hitam biar nggak silau man! Layar dibuka…
Manisan Asam, Asin, Pahit Penulis Sukses
Bahan:
* Sebongkah otak yang masih waras * buku-buku rujukan * kamus 3 bahasa; Indonesia, Arab, dan Inggris * 1 lembar buku tulis * pulpen or pensil * mesin ketik * kertas HVS or kwarto * kopi or teh * cemilan * editor * tong sampah * amplop * perangko.
Cara merakit:
1. Pertama-tama, refresh otak hingga cemerlang. Tuangkan kata-kata dangan pulpen sambil mengaduk-aduk batok kepala, kemudian cetak di atas buku tulis. Coret-coret sampai benar dan matang. Kalo sudah setengah matang, ambil kwarto dan masukkan ke dalam mesin ketik, tak…tik…tuk…sampai keriting tuh jari. Sesekali nggak ada salahnya menyirami tenggorokan dangan kopi / teh plus cemilan; kacang garuda, wafer tango, kerikil goreng (kalo nggak ada yang lain) etc. Hati-hati jangan sampai salah ketik, kalo terlanjur salah, remas-remas kwarto dan lemparkan ke tong sampah.
2. Nah, kalo sudah matang, hidangkan di dalam amplop berperangko Rp 1000, 2000, atau kilat khusus, semua tergantung jarak jauh–dekatnya tujuan. Ingat! kirimkan ke redaksi secepatnya, sebelum kadaluarsa. Warning! Naskah harus lolos sensor guru sastra sebagai editor sebelum dikirim.
Selamat mencoba di rumah masing-masing. Dan jangan lupa kirim sebanyak-banyaknya sampai penerbit merasa bosan membaca lagi-membaca lagi, dan akhirnya memuat juga tulisanmu di salah satu rubriknya. Nggak percaya? Aku aja hampir nggak percaya.
Yang juga sangat urgen di sini adalah seorang guru sastra yang jadi pembimbing untuk mengotak-atik tulisan yang kurang nyastra. Kurang nyastra, jadi inget Pak Pita Nugroho guru sastraku. Cerpenku yang the best menurut beberapa temanku, eh, dia malahan bilang kurang nyastra. Yang nyastra kayak apa sih, Pak? Apa tulisannya harus gondrong kayak seniman, atau…atau…interpretasi sendiri aja deh, aku blank.
Akhirnya dan akhirnya, lolos juga tulisan puisiku di mata Pak Pita. Jangan salah man! Kwarto bertumpuk di tong sampah gara-gara kurang nyastra. Puisi pertamaku merangkak ke redaksi Sabili, tapi sampai aku lupa kapan kubuat puisi itu, Sabili nggak pernah mengulurkan tangannya kepada puisiku. Cerpenku di koran pun nasibnya sama (habis gelap nggak terbit-terbit) Jadul the end..
***
Lanjutannya Millenium
(masih tetap manis)
"Historia Vitae Magistra."
Pengalaman adalah guru terbaik.
Di SMA boleh kelam, bahkan gelap. Tetapi, garis tanganku berubah sejak kuliah. Cerpen-cerpenku mulai menghiasi wajah majalah dan koran kenamaan, setelah kesekian kalinya jatuh ke dalam jurang tong sampah redaksi. Tapi aku takut jadi orang yang terkenal. Akhirnya setiap cerpen yang kukirim, pasti namanya berlainan. Cuma satu yang memakai nama R. Buba Dias, yaitu, cerpen Ada Bidadari Di IAIN yang nongol di Republika edisi minggu ke-2 Nopember 2004. So, pasti Editor sudah tahu siapa yang ngirim. Gimana enggak! Berbeda-beda nama, tapi tetap satu alamat jua (Jl. Sultan alauddin 2/ no: 23)
Kalaupun kelak aku jadi orang terkenal, nama apa yang cocok ya? Dan aku juga harus selalu siapin pulpen khusus buat para fansku yang meminta tanda tangan dari sang idola. Ih…cape deeehh.
Akhirnya aku luluh juga sama Kak Yanuardi Syukur, (mantan ketum FLP Sulsel) yang menyuruhku membuat sebuah novel perdana, dengan mengadopsi satu nama pena yang sudah ada. Kupilihlah R. Buba Dias. Ajaib! Tiga novel lahir dalam waktu tiga bulan lebih tujuh belas hari, masing-masing di atas 300 halaman, ajaib bukan? Dan melalui tangan dingin Kak Gegge Mappangewa, (Ketum FLP Sulsel) sebagai editor lokal sebelum di cincang-cincang sama Editor penerbit yang bertangan lebih dingin…eh, nggak nyangka diterima, dan Insya Allah akhir bulan April akan di launching, pasca perekrutan anggota baru FLP 9-11 April mendatang. Yang pertama, novel budaya (The Jeneponto) Toma'nurung. Yang kedua, novel remaja (Welcome To The Jomblo) DAR! Mizan. Yang ketiga, novel remaja juga (CIA) Syamil. Terima kasih kuucapkan, tuk semua yang mengiringi, menemani, dan men-support titian karya ini. Sekali lagi, terima kasih. Buat yang lain, jangan cuma pinjam ya, awas kalo nggak beli. The game over.
***
Happy Ending
(manis or pahit? Mari angkat bahu)
"Dunia ini panggung sandiwara
Ceritanya mudah berubah
Ada peran wajar dan
Ada peran berpura-pura
Andaikan setiap esai
Adalah wajar
Aku harap ini esai."
Seperti biasa man! Akhir sebuah sinetron; cerita ini hanyalah fiktif belaka, kalo ada cerita yang manis-manis, pasti boong. Nah, yang pahit-pahit, asli tanpa di rekayasa. Nggak cuma pahit, bahkan, simalakama. Tak hanya Sabili yang nolak, yang lain pun masih enggan. Kalo ada kesamaan nama tokoh/tempat/atau dll, itu hanyalah kelihaian penulis belaka mengolah kata-kata yang sempat singgah di otaknya. Sisanya adalah khayalan tingkat tinggi, yang bukan hanya milik Peterpen.
Friends,
be-te…!
kenapa sih susah amat nulis
seperti Sastrawan yang nongkrong di Horison?
Brur,
ga' mood…!
kenapa juga harus ada mood?
Coy,
pleace deh…!
kenapa harus ada kata
untuk mewakili novel and cerpen?
Man,
blank…!
Nggak terbit-terbit
Nggak nongol-nongol
Nggak menyembul ke permukaan."
Aku belum finish. Terbit nggak terbit asal nulis. Tak ada hari esok, jika kita tidak memulai hari ini. Kalo nggak percaya, tanya aja sama Mas Fauzil Adhim.
Kalau R. Ajeng Kartini mengatakan Habis Gelap Terbitlah Terang, Kalo R. Buba Dias, (aku, hik…hik…hik…) Habis Gelap Nggak Terbit-Terbit, nasib-nasib. Semoga suatu saat nanti ada penerbit yang sudi mengulurkan tangannya untuk tulisanku. Amin 100 kali.***
Selengkapnya...
Senin, 19 Juli 2010
Ayo Menulis!
Mengisi waktu liburan, ayo kita menulis!
Berikut berbagai tips menulis buku selama liburan....
1. Kumpulan cerpen
Teman-teman bisa membentuk kelompok untuk membuat kumpulan cerpen. Bisa 2 sampai 10 orang. Sebaiknya Anda memilih teman yang sesuai dengan gaya kepenulisan Anda.
Di pasaran, kumpulan cerpen masih banyak yang beredar. Anda bisa memilih cerpen serius, komedi, romantis, misteri, dan lainnya.
Untuk cerpen serius, silakan baca Pengantin Subuh terbitan Lingkar Pena Publishig House.
Untuk cerpen komedi, silakan baca Maryam Ma Kapok juga terbitan Lingkar Pena Publishing.
Untuk cerpen romantis, hm, baca terbitan-terbitan Puspa Swara.
Untuk cerpen misteri, hm, kayaknya teman-teman lebih tahu..
2. Buat Novel
Buat novel sebenarnya gampang-gampang susah.
Untuk membuat novel, buat kerangkanya dulu. Kalau perlu sudah ada gambaran setiap bab ceritanya seperti apa. Karakter tokohnya seperti apa, dan lain-lain. Novel biasanya minimal 150 hal. Sekarang ini, penerbitan novel sedang laris-larisnya. Untuk referensi silakan baca terbitan Lingkar Pena Publishing dan Gagas Media.
3. Buku Non fiksi
Sebenarnya menulis non fiksi lebih mudah. Karena kalau menulis fiksi, butuh imajinasi dan inspirasi yang lebih besar.
Tapi, untuk non fiksi, Anda harus banyak membaca referensi mengenai tema yang dipilih.
Untuk membuat buku seperti ini, sebaiknya Anda mencari teman. Jadi, Anda membuat buku berdua.
Pertama, Anda harus membuat kerangka.
Misalnya seperti ini (Tapi, ini jangan dicontek ya!)
Judul: "Muslimah Beraroma Surga"
- Akhlak Muslimah
* menjaga aurat
* menjaga lisan
* menjaga pandangan
- Istri Solehah
* Tips memilih suami
* menjadi istri dambaan suami
* Etika bepergian
* Mendidik Anak
* Menjaga diri
- Profil muslimah di sahabat nabi
* Aisyah
* Khadijah
* dll,
Oke, Selamat mencoba!
Selengkapnya...
Senin, 12 Juli 2010
Kompetisi Menulis 100% Roman Asli Indonesia
(Kepada seluruh kader FLP Unhas usahakan ikut kegiatan ini, ok!)
Udah nggak zamannya lagi berkhayal menjadi penulis terkenal. Saatnya tunjukkan talenta menulismu di KOMPETISI MENULIS “100% ROMAN ASLI INDONESIA” dan berkilauanlah sebagai penulis muda berbakat bersama GagasMedia!
Syarat-syaratnya gampang banget:
•Naskah novel harus asli buatan sendiri, bukan saduran apalagi jiplakan. Naskah ber-sub genre roman apa saja—domestic drama, mainstream, classic, atau teen. (keterangan masing-masing sub genre bisa kamu kulik di link: http://gagasmedia.net/Syarat-pengajuan-naskah.html).
o Buat referensi domestic drama, baca After the Honeymoon (Ollie), Alphawife (Ollie), dan Dongeng Semusim (Sefryana Khairil).
o Buat referensi mainstream romance, baca Baby Proposal (Dahlian & Gielda Lafita), Dia (Nonier), Pillow Talk (Christian Simamora), dan Orang Ketiga (Yuditha Hardini).
o Buat referensi classic romance, baca Morning Glory (LaVyrle Spencer) dan From Batavia with Love (Karla M. Nashar).
o Buat referensi teen romance, baca Ai (Winna Efendi) dan Refrain (Winna Efendi).
• Panjang naskah 75-150 hal A4, spasi 1, Times News Roman 12. Sertakan sinopsis keseluruhan isi cerita, maks. 2 hal.
• Buat video (durasi maks. 3 menit) berisi promo singkat novelmu dan kenapa novel ini layak menang. Video di-upload di Youtube, Facebook, atau media videoshare lainnya.
• Naskah berbentuk print out sebanyak 1 (satu) eksemplar. Sertakan formulir lomba . Kamu wajib mencantumkan link video buatanmu di formulir.
• Kirimkan naskah dan semua elemen pelengkapnya ke: REDAKSI GAGASMEDIA, Jl. Haji Montong No. 57, Ciganjur, Jagakarsa, Jakarta Selatan 12630 (Kode: 100% ROMAN ASLI INDONESIA—tulis di amplop naskahmu)
• Naskah ditunggu paling lambat 25 September 2010 (cap pos).
• Pengumuman seleksi I : 11 Oktober 2010 melalui website lomba. Peserta yang lolos seleksi I wajib mengirimkan 4 kopi naskah ke redaksi GagasMedia (kode: 20 Besar 100% Roman Asli Indonesia).
• Pengumuman pemenang bisa kamu lihat di website resmi lomba pada tanggal 15 November 2010.
• Keputusan juri tidak bisa diganggu gugat.
Hadiahnya? Mmmh, nggak kalah seru!
Juara 1 : uang tunai Rp 5.000.000, kontrak penerbitan* dari GagasMedia, paket buku, dan paket holiday trip untuk kamu dan pasangan
Juara 2 : uang tunai Rp 3.000.000, kontrak penerbitan* dari GagasMedia, dan paket buku.
Juara 3 : uang tunai Rp 1.500.000, kontrak penerbitan* dari GagasMedia, dan paket buku.
*Diatur dengan ketentuan tersendiri
Tunggu apa lagi? Mulailah bekerja dengan laptop—dan jangan lupa siapkan kopi serta camilan. Start writing your romance novel and be a star!
Love,
GagasMedia
www.gagasmedia.net
Selengkapnya...
Sabtu, 10 Juli 2010
Bait Kehidupan
Oleh : Supriadi
Ketua Forum Lingkar Pena Periode 2010/2011
Hidup ini memang membingungkan, aku selalu hanyut dalam kekesalan yang membayang samar dalam timpuk egoku. Siapa aku? Bayangku hadir dalam usia menuju kematangan umur mendekati kedewasaan. Ragu semakin mencuat mengukir keraguan kalau aku bukan anak mama. Bertahun silam aku menangis di kala semua orang menganggapku anak pungut, dengan alasan yang tak jelas. Aku terlalu tampan menjadi anak mama dan papa yang katanya tak ada miripnya denganku. Tapi, bagaimanapun mereka berteriak, aku yakin kalau aku anak buah cinta ayah dan mama.
Hidup jauh darimu, Mama, membuatku semakin sadar betapa butuhnya aku belaian kasihmu nan lembut, meskipun aku semakin sadar kita tak akan selamanya bersama mengarungi hidup penuh ritme ini. Ke mana aku harus mempertanyakan kebingunganku yang semakin menjadi-jadi ini?
***
Anak kecil itu hadir lagi di depan kamarku di pondok, menggigit bibirnya dengan liur yang jatuh membasahi dada. Tangannya tergigit dengan bibir besar yang semakin hampir jatuh, sementara sebelah tangannya lagi menggerakan besi pintu masuk pondokanku. Kesal hadir lagi menyibakkan rasa kemanusiaanku, mataku melotot menakutinya. Meskipun aku sangat sayang anak kecil seumur dengannya, tapi aku tak akan bisa iba melihatnya. Ejekan dari teman sepondok cukup membuatku berbuat tak adil pada anak yang belum sekolah itu. Mana mungkin aku disamakan dan dimirip-miripkan dengan anak yang tak jelas waras dan tindaknya? Setiap orang yang baru melihat, akan berkesimpulan anak itu keterbelakangan mental.
Hussshh..hushh, bisikku kecil dengan ekspresi yang makin geram kepada anak itu. Kapan ia pergi? Atau aku perlu mengusirnya dengan cara yang kasar?
“Ila, ke mari Kau cepat.”
Suara memanggil anak kecil itu. Syukurlah, ia kan pergi dari tempat ini. Magrib yang berganti waktu, mengiringi kepergiannya. Bersama seorang pengasuh yang acak rambutnya dengan pakaian acak-acakan pula.
“Apakah aku benar-benar mirip dengan anak itu?”
Kaca cermin di hadapanku yang biru dan retak ini menjadi penilai. Bibirku tebal, apakah memang mirip dengan anak itu? Mataku mirip orang korea. Ah! Mana mungkin aku mirip dengan anak itu, tak ada tanda sedikitpun yang menguatkan.
Aku menutupi kecurigaan pada diriku sendiri. Hanya satu yang tak pernah aku saksikan dan kusamakan dengan anak itu, cara jalanku yang kata teman-teman di pondok juga sangat mirip. Apakah anak itu idiot? Dan aku juga idiot? Tidak! Tidak mungkin! Aku adalah mahasiswa berprestasi. Mana mungkin aku seorang lelaki yang keterbelakangan mental.
Pikiran menghipnotisku tidak bisa tidur malam ini. Aku harus cari tahu siapa anak itu. Besok, aku akan berkunjung ke rumahnya. Siapa anak itu, dia saudaraku yang dibuang? Seingatku ibu juga belum pernah melahirkan setelah ia melahirkanku. Aku adalah penderita sindrom? Inilah kejadian paling mungkin yang semakin membuatku rajin bercermin. Aku akan semakin marah pada manusia-manusia pencela yang mengataiku mirip dengan anak berwajah terbelakang itu. Aku sensitif akhir-akhir ini, mungkin karena sering dianggap mirip dengan anak itu.
***
Aku tepati janji untuk niatku semalam. Kuikuti kata hatiku untuk berkunjung ke rumah anak kecil itu. Dengan pengasuhnya yang berbusana dan berpenampilan seperti orang gila, disertai jualan asongan di tangan. Kalau bukan ibunya, mungkin dia bibinya. Kuikuti ia dari belakang berjalan menuju rumah yang entah di mana tujuanya. Aku semakin berdebar rasanya, melangkah jauh yang sulit kuperkirakan jaraknya. Ternyata aku berhenti pada ujung sungai di kota besar ini. Di sana ada gubuk kecil yang tak berdampingan dengan tempat tinggal manusia satu pun. Aku yakin inilah rumahnya. Aku sengaja bertanya pada perempuan tadi yang serupa orang gila.
“Anak itu tinggal di sini?”
“Kenapa tanya-tanya?”
“Bapak….bapak….,” anak itu berteriak sambil berlari ke arahku.
Aku yang lagi stress dan jijik tiba-tiba menghempaskan kaki menendangnya hingga di luar batas. Kulihat, kepala anak kecil itu tertabrak pada sebuah batu yang kupastikan membuat kepalanya berdarah.
“Tolooong!!” Teriak perempuan tadi.
Aku lari dengan kencang. Aku takut. Aku sungguh tak sadar melakukan tindakan gila barusan.
Aku tak tahu harus berbuat apa lagi, kuambil tas dan beberapa helai baju, aku harus pulang ke Bulukumba, kampung halamanku. Bukannya aku mau lari dari kesalahan, tapi aku benar-benar takut. Aku stres atas apa yang telah aku perbuat. Aku akan lenyap untuk sementara waktu ini.
***
Sejam lalu aku telah sampai di rumahku ini, rumah yang begitu sederhana namun penuh dengan hiasan suasana cinta. Menempuh jarak dari kota ke rumahku tak sampai memakan waktu enam jam. Aku belum berucap apapun kepada mama dan papa, aku menggigil dalam takut. Aku tiba larut malam, langsung tertidur. Mama pun mengerti aku sedang lelah. Ia pasti tak mau menggangguku.
“Kamu kenapa, Nak, kamu mengigo?”
“Mama dan papa mendengar Kau bicara kosong.”
“Tidak Ma. Aku tak apa-apa.”
Aku menangis dan mendekap mama, saya kira inilah saatnya aku ceritakan masalahku di Makassar kepada mama dan papa. Aku betul-betul bercerita lepas. Mulai tentang apa yang kuperbuat tadi siang, kecurigaanku mama punya anak lain, atau aku seorang yang mengalami keterbelakangan mental, dan aku tutup dengan pertanyaan apakah aku memang anak angkat.
Ibu menangis sekejap. “Yang pasti kau bukan anak angkat, Nak.”
Kata-katanya goyah karena getaran akibat air mata yang terus mengalir. Ibuku yang begitu cantik memerah mukanya karena menangis.
“Kau adalah harapan nenek, harapan semua orang, Nak. Kau begitu susah dilahirkan hingga ibu berjuang hidup dan mati supaya kau hidup. Kau dilahirkan dengan rasa sakit yang tak pernah dirasakan sakitnya oleh ibu lain. Kau dilahirkan meskipun ibu harus tidak tidur selama tiga hari tiga malam karena kesakitan setiap detik.” Air mata ibu semakin tumpah.
“Kau akan kaget ketika kau tahu masa kecilmu. Kau adalah seorang yang jijik dipandang dulu. Kau seorang anak persis seperti anak yang kau ceritakan. Kau memang keterbelakangan mental, Nak. Kau adalah orang yang dijauhi semua orang. Meskipun begitu, ibu tetap berusaha membesarkanmu. Entah karena kasih sayang, sekarang kau seperti manusia normal.”
Pikiranku melayang membayangkan masa kecilku seperti apa. Setelah aku membayangkan diriku, aku membayangkan sosok anak kecil bermuka keterbelakangan mental.
Aku pun larut dalam tangis. Pantas saja aku tak pernah ingat betul bagaimana kondisi waktu aku masih kecil. Aku seorang yang keterbelakangan mental yang berubah karena cinta seoorang ibu.
“Apakah aku berubah karena cinta, Ma?”
“Ya! Karena cintalah kau bisa diubah, dan karena cintalah kau bisa tumbuh, Nak. Ibu yakin kalau kamu bisa menjadi anak normal, oleh karena itu kau harus cinta dengan orang sekitarmu. Jangan pernah remehkan orang lain, karena kita semua manusia itu sama tak ada yang lebih”.
Aku tahu betul siapa aku malam ini. Kuberdiri menghadap-Mu, Tuhan.
Aku malu pada diriku, mengapa aku harus jijik pada orang di sekitarku, padahal penampilan fisik bukanlah segalanya. Kasihan anak itu. Aku telah tak adil padanya, seharusnya anak itu diberi belaian kasih sayang bukan malah dijauhi. Aku terus mengangis hingga tak sadar aku tertidur dalam dekapan ibu. Aku bertekad dalam hati untuk membagi cinta buat anak kecil yang belum kutahu siapa ayah dan ibunya itu. Salam cinta untukmu adik kecil.[]
Selengkapnya...
Minggu, 04 Juli 2010
SENANDUNG CINTA UNTUK GADIS
OLEH: FEBRIANA WIDYANATA SUSILO
Sang surya kembali bersinar pagi ini, salah satu bintang terbesar di galaksi tempatku berpijak itu mulai menampakkan kekuasaannya lagi. Sinarnya menerpa wajahku dari balik jendela kamar. Aku mendesah dan berusaha membuka kelopak mata ini. Kemudian aku beranjak ke kamar mandi, tempat pertama yang aku kunjungi setiap hari. Kupandangi wajahku di cermin, kemudian membasuhnya. Sosok gadis itu kembali terlintas di pikiranku. Gadis yang telah menjadi sahabat terdekatku. Aneh memang, entah kenapa aku dan dia bisa seakrab ini. Aku mengenalnya sejak kelas 4 SD sedangkan dia kelas 2 SD. Ya selisih umur kami dua tahun. Dia adalah anak dari sahabat ibuku. Aku dan dia bersahabat kurang lebih sudah 15 tahun lamanya. Dia selalu memanggilku dengan panggilan Mas Adit, baginya panggilan itu terdengar lucu dan membuatnya geli.
Gadis manis yang penuh kelembutan dan kehangatan. Setiap orang yang melihat kedua matanya pasti akan jatuh hati. Bagiku dia adalah lentera kecil yang selalu menyemangati dan menuntunku untuk menggapai semua mimpi yang ingin ku torehkan. Rambutnya selalu berderai indah di balik bahunya. Ya dia memang bernama Gadis, Gadis Paramitha Drupadi. Namanya saja sudah mewakili keindahan yang dimilikinya. Dia bagaikan Dewi Drupadi, dewi yang setia mendampingi lima orang pandawa dalam kisah pewayangan Arjuna. Tuhan benar-benar menciptakannya sebagai gadis terindah menurutku, dan aku bahagia bisa mengenalnya.
Aku dan Gadis selalu berbagi kisah bersama, menangis dan tertawa. Kami bersahabat begitu tulus. Namun akhir-akhir ini aku merasa ada sesuatu yang berbeda. Ada rasa bahagia yang menjalar ke seluruh tubuhku. Aku selalu tersenyum ketika bersamanya. Mungkin itulah makna kerinduan yang kini tengah kurasakan. Ah! Cinta, itulah makna cinta. Kuakui aku telah larut di dalamnya. Aku jatuh ke dalam cinta.
Hari ini aku akan bertemu dengan Dewi Drupadi itu lagi. Ibu tercinta telah menyiapkan sarapan untukku, putra tunggal yang dimilikinya. Aku segera menyantap nasi goreng buatan Ibu tanpa jeda dan menyeruput susu cokelat hangat. Aku sangat menyayangi Ibu. Apapun akan kulakukan untuknya.
“Dit, tadi Gadis telepon. Katanya minta dijemput sama kamu.” seru Ibu sambil menuangkan air putih ke dalam gelas dengan logat Jawanya yang kental. Ibu memang berasal dari Surabaya, sedangkan Ayahku memang berasal dari Makassar.
“Iya Bu, Adit sudah tau. Oia nasi goreng Ibu enak sekali, tapi ada kayaknya yang kurang.” Jawabku iseng.
“Kurang? Apanya yang kurang, Dit? Perasaan rasanya sudah pas kok sesuai selera kamu.” tanya Ibu dengan mimik keheranan sambil mencoba nasi goreng buatannya.
“Kurang banyak. Hahaha.” Aku tertawa lalu mengecup pipi Ibu.
Setelah puas menggoda Ibu dan pamit kepadanya, aku bergegas menuju rumah Gadis. Aku selalu menjemputnya dengan mobil sedan hitam milikku. Rasanya hari ini matahari bersinar secerah hatiku, karena aku akan bertemu dengan Dewi Drupadiku. Aku memanaskan mesin mobil dan kemudian melaju melewati gerbang pagar rumahku.
Akhirnya aku tiba di rumah Gadis. Dia sudah menungguku di kursi teras rumahnya, sedangkan Tante Sarah sedang menyiram bunga-bunga anggrek koleksinya. Gadis mengambil tasnya, kemudian berpamitan dengan Tante Sarah. Aku turun dari mobil dan menyapa Tante Sarah. Gadis berlari kecil ke arahku. Aku berpamitan dengan Tante Sarah. Kemudian mengikuti Gadis ke arah mobilku yang telah terparkir di depan pagarnya. Aku membuka pintu mobil untuknya. Kemudian mengendarai mobil itu melaju menuju kampus. Aku dan Gadis kuliah di tempat yang sama, yakni Fakultas Hukum sebuah universitas terkenal di Indonesia bagian timur. Tentunya aku lebih dulu menginjakkan kaki di kampus itu sedangkan Gadis adalah mahasiswa baru.
“Mas Adit kenal dengan Kak Satria?” tanya Gadis membuka percakapan kami hari ini.
“Iyalah kenal. Dia kan teman baikku. Emangnya kenapa?” jawabku balik bertanya padanya.
“Sepertinya dia orang yang pintar ya. Aku sampe kagum padanya, terlebih saat dia jadi pemateri dalam pelatihan kemarin.” jawabnya lagi sambil tersenyum padaku. Gadis bercerita panjang lebar tentang Satria, bahkan dia hafal setiap perkataan yang dilontarkan Satria saat pelatihan. Aku hanya menjawab dengan mengangguk. Aku merasa aneh, ketika dia terus menyebut nama Satria. Aku menjadi resah dan tidak tenang karena saat itu juga aku mulai menyadari satu hal, aku sadar Gadis tertarik pada Satria seperti yang tengah aku rasakan pada Gadis saat ini.
Satria memang orang yang sangat sempurna. Setiap orang, entah itu pria atau wanita akan merasa kagum padanya. Satria begitu berkharisma dengan pengetahuan yang dimilikinya, retorikanya juga begitu hebat. Dia memang berbakat jadi motivator bagi orang di sekitarnya, termasuk aku sahabatnya. Dan kini bertambah lagi satu orang yang akan menjadi anggota dari fans club Satria, orang yang berbicara di sampingku ini akan terdaftar menjadi anggotanya. Hanya saja aku tidak rela Gadis begitu mengaguminya. Padahal sudah sangat jelas, aku selalu ada di sampingnya saat dia membutuhkan seseorang. Apa dia tidak pernah merasakan arti kehadiranku di sampingnya? Hmmm.
♥♥♥
Satria dan Gadis kini mulai terlihat akrab, apalagi saat ini Satria telah menjadi ketua himpunan organisasi mahasiswa di jurusan kami. Gadis selalu menanyakan segala sesuatu kepada Satria, terutama masalah tugas mata kuliah yang tengah diambilnya. Aku merasa Gadis makin menjauh dariku. Dia begitu jauh, hingga aku tidak pernah melihat senyumnya lagi. Entah apa yang ada dalam benaknya hingga dia tidak pernah mau diantar jemput olehku lagi, katanya hal itu membuatnya berbeda dari maba yang lain. Dia tidak ingin bergantung padaku lagi sebagai seniornya. Aku hanya bisa mengambil sikap dengan menjauhinya dan melakukan apa yang diinginkannya itu.
Angin laut berdesir sore ini dan membelai wajahku dengan lembut, aku ingin sendiri dan merasakan buaiannya. Aku duduk termangu dalam lamunan di tepi Pantai Losari, hatiku terasa begitu kosong, kendati di sekelilingku sangat ramai oleh pengunjung lain di tempat itu. Semburat jingga di langit mulai tampak, mentari mulai kembali ke peraduan dengan anggunnya. Sayang seribu sayang, aku tidak bisa merasakan indahnya dengan sempurna karena kegalauan hati yang tengah kurasakan ini. Apakah ini yang harus kurasakan? Perih ini semakin mendera batinku, hingga aku tak kuasa menahannya lagi. Dunia terasa begitu mati, semangat hidupku seakan menghilang. Aku rindu pada Gadis, aku menyayanginya. Apa memang semuanya harus berakhir hingga di sini saja? Aku tidak bisa lagi menjadi sahabat kental bagi Gadis, aku tidak bisa berbagi kisah dengannya lagi. Dewi Drupadiku itu seakan menghilang di pelupuk mataku kini.
Aku tahu Gadis tengah merasakan indahnya kasmaran di usianya sekarang. Tapi ini terlalu kejam bagiku. Sepertinya kesabaranku tengah diuji kali ini. Aku hanya bisa memasrahkan semuanya pada Sang Pencipta. Apapun akan kulakukan untuk membuat Gadis selalu bahagia, walaupun aku harus menahan siksa batin karena mencintainya dan merasakan pahitnya cinta bertepuk sebelah tangan.
♥♥♥
Satria mengagetkan semua orang, dengan pengumuman akan dirinya. Ternyata minggu depan dia akan segera menikah dengan seorang gadis yang merupakan teman kecilnya dulu sewaktu masih sekolah. Dia begitu bahagia mengumumkan pernikahannya tersebut. Aku tidak tahu apakah aku harus bahagia atau sedih mendengar kabar tersebut.
Di satu pihak aku merasa lega karena Gadis tentu tidak akan bisa bersama Satria, tapi di pihak lain aku khawatir pada Gadis. Aku tidak tahu, apa dia mampu menerima kenyataan ini. Aku harus bertemu dengannya. Aku ingin berada di sampingnya, karena pasti dia membutuhkanku saat ini.
Aku segera menghubungi ponselnya, tapi nomornya tidak aktif. Aku berlari mencarinya di sekitar kampus, tapi tetap saja hasilnya nihil. Aku tidak menemukan Dewi Drupadi itu. Di mana gerangan dirinya berada sekarang? Aku yakin saat ini dia membutuhkanku. Aku tidak bisa membayangkan kesedihan di wajahnya. Aku tidak akan membiarkan hal itu terjadi.
Aku bergegas menuju ke rumahnya. Benar saja, aku menemukannya duduk melamun di sebuah ayunan kecil di depan rumahnya. Dia terlihat sangat redup tak bercahaya.
“Hai.” sapaku lembut. Sangat jelas kulihat matanya begitu sembab. Pasti semalam dia menangis. Aku bisa melihat lukanya dengan jelas, dia sangat terluka akan keadaan ini.
“Mas Adit?” tanyanya heran. Aku kemudian duduk di sampingnya.
“Kenapa kamu gak ke kampus? Kamu sakit ya?” tanyaku lagi. Dia hanya tersenyum redup, tanpa menjawab pertanyaanku.
“Aku tahu semuanya. Aku bisa merasakan apa yang tengah kamu rasakan saat ini, Dis. Aku tidak tahu harus berkata apa. Tapi satu hal yang aku tahu, Satria diciptakan memang bukan untuk Gadis. Jodohnya telah ditentukan.” seruku tanpa mempedulikan perasaan Gadis. Dia menundukkan kepalanya seakan tidak ingin mendengarku.
“Mungkin bagimu ini tidak adil. Tapi mungkin inilah yang terbaik. Terkadang ada alasan kenapa kita berjodoh dengan seseorang untuk beberapa saat dan tidak untuk waktu yang lain. Mungkin Satria tidak pernah menyadari kehadiranmu di hidupnya, tapi di luar sana pasti ada orang lain yang begitu menyadari arti kehadiranmu Gadis,” seruku meyakinkannya.
Gadis mendongak dan melihat ke arahku. Aku tahu apa yang aku katakan tadi sangat menyakiti hatinya. Tapi hanya itu yang bisa kulakukan untuk membuatnya kembali bercahaya seperti dahulu.
“Makasih Mas. Selama ini aku memang salah mengira. Aku pikir Kak Satria adalah orang yang tepat untuk menjadi pasangan hidupku kelak. Tapi kepercayaan diri dan keegoisanku telah membuatku tenggelam hingga ke dasarnya. Apa yang Mas Adit katakan, memang sesuai untuk Gadis. Kak Satria memang bukan untuk Gadis. Aku tahu itu Mas. Karena itu, aku butuh waktu untuk mencari orang yang tepat sebagai pengganti Kak Satria di hatiku. Aku butuh waktu untuk bangkit kembali, luka ini harus segera disembuhkan. Aku akan melihat semuanya dengan lebih bijaksana lagi,” jawabnya begitu bijaksana.
“Iya. Aku yakin kamu pasti bisa. Mas Adit akan selalu ada untuk mendukung kamu. Kalau gitu, aku mau lihat kamu senyum dulu. Karena Gadis tanpa senyuman tidak akan mudah untuk bangkit kembali. Senyumanmu juga akan membuat hatiku jadi lega,” kataku lagi.
Gadis tersenyum. Tapi kali ini senyumnya tidak redup seperti tadi, melainkan sekarang cahayanya mulai cemerlang lagi seperti dulu. Gadis kemudian meminta maaf atas perbuatannya selama ini, dia tidak bermaksud menjauh dariku tapi itu memang karena dia merasa agak sedikit risih terus bergantung padaku, dia juga berjanji akan selalu menjadi sahabat setiaku. Kami kembali seperti sedia kala. Sahabat sejati yang sangat kental dan berbagi kisah bersama.
Sampai detik ini, aku belum pernah mengungkapkan perasaanku padanya. Karena bagiku bersama dan berada di samping Dewi Drupadi itu sudah sangat cukup. Namun, suatu hari nanti aku yakin dan mempercayakan dengan sepenuh hati kepada Tuhan, Gadis akan menyadari bahwa orang yang selama ini dia cari ternyata berada sangat dekat dengannya dan hingga saat itu tiba, aku berjanji pada diriku sendiri untuk secepat mungkin mengungkapkan apa yang tengah aku rasakan pada Gadis dan menjadikannya pendamping hidupku.
Aku juga berjanji akan terus membuat senyum di wajah Dewi Drupadiku itu. Inilah senandung cintaku yang akan aku nyanyikan untuk Gadis setiap hari hingga maut memisahkan, karena aku yakin dia tercipta hanya untukku dan aku telah menemukan tulang rusukku yang hilang dalam dirinya. Gadis adalah sahabat sekaligus pendamping hidupku kelak.
Selengkapnya...
Kupu-Kupu Palestina

Buku Kedua FLP Unhas
Buku Baru

Pesan segera buku terbaru karya FLP Unhas. Dapatkan di toko buku Gramedia atau toko buku terdekat. Atau anak FLP terdekat..^-^

Pasang Link FLP Unhas di blog Anda
Anak FLP Unhas
- Alinda Nurbaety Hasanah
- Andi Asrawaty
- Angriana
- Ani Dzakiyah
- Arief Ungu
- Arieska Arief
- Asti Eka Ramadhani
- Ayu Ismal
- Bulqia Mas'ud
- Dyah Restyani
- Fitrawan Umar
- Fitria Dewi Usman
- Isma Ariyani
- Muh.Arief Rosyid
- Muthmainnah
- Noviar Syamsuryah S
- Raidah Intizar
- Rasdiyanah Nd
- Reza Al Sofyan
- Reza Kahlil
- Saputri Mulyanna
- St. Muttia A. Husain
- sukmawati
- Sultan Sulaiman
- Supriadi
- Uswatun Hasanah
- Wahyuddin Opu
- Wahyuni Hadrawi
FLP-ers Sulsel
FLP Semua...
Kata-Kata
Kita tidak sekadar menulis. Menulis itu mudah!
Tapi, berjamaah itu lebih baik (Wawan)
Menulis membutuhkan keberanian, dobrak semua rasa ketakutan untuk menulis, semua di mulai dari nol dan takkan kembali menjadi nol bila terus di asah….genggam erat-erat penamu dan biarkan dia menodai kertas putih yang polos dengan jutaan karya yng terlahir dari buah pikiranmu. (Chipiet)
Koment Ya
|
Majalah FLP
