Wahhhhhhh….telat nie bagunnya, mana belum packing lagi nie,,,,,aduh mati nie,,,
Gerutuku di pagi sabtu,7 maret 09. Aku harus menjalankan amanah sebagai panitia di acara workshop kepenulisan ilmiah berhubung teman-teman se divisiku tak bisa ikut nimrung kerja di sana.
“Inna, habis sholat ashar kita langsung meluncur ke LAC. BARUGA ANTANG yah,,,dah telat buanget nie, mana kak desi dah menggerutu dari tadi…gumamku”
“Oce,deh….”
Mobil biru yang tak pernah lenyap dari pandanganku silih berganti menawarkan jasa pada setiap penumpang yang lewat termasuk padaku, tapi untuk saat ini aku hanya membutuhkan mobil alias pete-pete 07 tuk menjelajah di negeri antang. Laju mobil terus melejit dan menurunkan kami di tempat nongkrong ojek.
“kak desi, kita harus ojek tuk ke lac.antang yah??????”
“yup, itung-itung hemat biaya juga”
Menelusuri jalan-jalan penuh debu, asap, menggunakan sebuah motoh Yamaha dikemudi oleh bapak yang lumayan gemuk, polusi udara sepanjang jalan menggerogoti paru-paruku.
Sampai deh di lac.baruga,,,pemandangan ini tak asing lagi buatku, sudah tiga kali aku mabid tempat ini dengan berbagai kegiatan.kegiatannya berlangsung di salah satu gedung atirah lantai 2. Mataku mulai menelusuri sudut-sudut ruangan dan tertuju pada titik sudut yang memberikan aku sinyal tentang teman kelompokku, media AKADEMIKA.
“hai, fit, akhirnya kamu datang juga, tapi inikan belum jam lima. Apa kegiatanmu dah kelar???” sapa Irna panjang lebar.
“ ya, aku izin tadi dengan teman-teman yang lain, abis ku tidak mau ketinggalan banyak materi dari diklat ini”
Belum cukup sejam aku duduk mengelah napas panjang sambil mendengar materi, terdengar suara seorang panitia berbaju merah, rambut ikal, dan berbadan tinggi. Menyeru pada peserta diklat menyiapkan selembar kertas dan meresume materi yang baru saja di bawakan oleh pemateri yang notabandnya seorang yang berkecimpung di metro tv. Untung aku punya sedikit catatan.
***
Dengan menenteng tas seberat 5 kg yang berisi pakaian dan laptop, ku berjalan menurungi tangga demi tangga menuju ke kamar tidur yang telah disiapkan panitia diklat. Ku tatapi semua tulisan yang tertempel di pintu-pintu kamar, dan mataku mulai mencari sebuah kamar yang memuat namaku. Kamar no.2 berisi 6 orang yang salah satunya adalah aku.
“Tuk…tuk..tuk.., Assalamualaikum… boleh masuk????”triakku
Trak,,,pintu kamar terbuka lebar dan ku mulai melangkah masuk ke kamar dengan perassan aneh, asing, tak sseorang pun yang aku kenal. Tas yang menganiaya bahuku sejak tadi, ku letakkan di sebuah lemari kosong.
“ hai, kamu sholat tidak???” ku lontarkan pertanyaan ini pada semua penghuni kamar 2
“ya, aku sholat, tapi yang lainnya lagi halangan” jawaban polos Ayu,
“ kita sholat bareng yah….”
“oke,,,”
Ayu adalah seorang gadis manis, berbadan gemuk dan friendly buanget. Puput,mahasiswi foresty 07, yang lucu, tomboy, dan polos. Sinta, senasib dengan puput dan selalu nongkrong tidur di kamar kami. Ini sekilas tentang teman kamarku.
“Waktu istrhat dah habis nie, ayo kita kembali ke atas untuk mengikuti materi selanjutnya”
“Ayo,,,” jawaban serempak
***
Kembali lagi aku harus mempersiapkan diri, menyegarkan otak dengan materi-materi sekitar jurnalistik. Selama sejam aku belajar menyerap semua informasi-informasi yang disampaikan sang pemateri, aku pun asyik menyimak keaktifan teman-teman bertanya, sampai-sampai tak ada kesempatan yang di berikan padaku untuk bertanya hal yang ingin aku perdalam. Dari kejauhan, sosok pria berambut ikal, memakai kaos merah kembali menyita perhatianku.
“Nah,itu lah tadi materi mengenai teknik hunting dan service dilapangan, sekarang siapkan lagi kertas dan bersiap-siap membuat resume dari materi tadi selama 2 menit…” intruksi kak Rian yang berambut ikal itu.
“ Tidak ada kertas nih, kak” teriak seorang peserta dengan penuh semangat.
Lembaran-lembaran HVS pun di bagi pada setiap peserta. Kini waktunya menyalin hal-hal penting yang ada dalam catatanku untuk dijadikan bahan resume. Baru baris kedua., aku melontarkan tulisanku di kertas HVS yang di bagikan tadi, tiba-tiba seruan dari kak Rian untuk mengumpul kertas menaikkan tekanan darahku, membuatku menulis seperti cakar bebek sampai-sampai aku sendiri kewalahan tuk membacanya.
“Kumpullll….kalau hitrungan ketiga tidak di kumpul, tak akan aku terima lagi lembar jawabannya…1…..2…….” ancama kak Rian
Belum sampet bibir merah kak Rian menyebutkan angka 3, semua berlarian dan berlomba-lomba mengumpulkan selembar HVS itu. Kertas-kertas berserakan di lantai dan terinjak.
***
Entah, apakah kaos merah itu adalah kaos kesayangan kak rian atau mungkin tak ada kaos lain, hingga kaos itu tak pernah lepas dari tubuh kurus kak Rian. Setiap dia muncul di sekitar kami, kami telah siap siaga menyiapkan selembar kertas bahkan tak jarang teman-teman membuat resume sebelum di minta..
“ukh….kak rian dah nongol tuh bentar lagi kita harus membuat resume.” Gerutu Irna
“ ya udah kita tulis aja sekarang bahan resumenya sebelum kak rian menginjakkan kaki menggatikan posisi moderator”
Selembar kertas polos di nodai tinta biru, ku letakkan di pinggir meja agar lebih mudah mengumpulnya. Tapi, kali ini dugaanku salah. Pria ikal yang biasanya meminta membuat resume kini berkata lain.
“Berhubung kalian telah mengkorupsi waktu karna terlalu banyak bertanya, jadi setelah menyelesaikan meteri selanjutnya kalian langsung membuat 3 resume sekaligus dalam waktu lima menit. Sekarang regangkan sedikit otot kalian kemudian kembali menerima materi” cuap-cuap kak rian dengan tatapan cukup tajam.
“Duh,,,menjengkelkannya,,,,”mulut lili mengeluh dan mendaratkan pulpennya di dekat kak rian.
Semua mulut peserta berceloteh-celoteh ringan sambil menunggu datangnya pemateri. Aku dan teman kelompokku membicarakan kak rian, hingga pada akhir pembicaraan kami sepakat mengganti nama kak rian yang keren itu menjadi KAKAK RESUME. Putaran kipas angin yang tergantung di ubun-ubun ruangan masih setia menemani kami dengan jasa anginnya. Jam 2 siang telah terpajan di jam tanganku, suasana ngantuk menyelimuti sudut-sudut ruang, virus-virus ngantuk menyebar dan sangat menular. Konstrasiku mulai menurun, pikiranku melayang, tak bisa fokus lagi., air mata mulai menetes di pelipis mataku, sudah tak terhidung berapa kali aku membuka lebar mulutku karena ngantuk. Ku pandangi orang-orang sekitarku, ternyata tak jauh beda dariku bahkan sudah ada yang masuk dalam dunia mimpi sementara seorang fotografer yang sedang berbagi ilmu dengan kami. Aku mencoba menahan kantuk ini dengan banyak bercanda dengsan irna, apalagi kami berdua suka dengan dunia fotografi. Seusai materi fotografi dilontarkan panjang lebar pada kami, Aslan Abidin yang notabandnya seorang penyair mengisi kembali bangku kosong yang menjadi tahta sang pemateri. Ngantukku pecah, saat bait-bait kata penyair 21 itu terlontar dengan indah. Ku dalami setiap kata yang dituturkannya dan ku petik beberapa buah kata yang kemudian tersusun menjadi puisi cinta, yang isinya….
Bulan memancar
Perahu melancar
Bila cinta memanggilmu
Maka datanglah
Meskipun ada pedang yang tersembunyi di balik sayapnya
Cinta dibaluti jutaan kata
Kata dalah sepenggal hati
Ada rasa disetiap kata
Kata hatiku tertenun di balik puisi ini
Seusai menyusun pilahan-pilahan kata itu, ku layangkan puisi ini pada brotherku tersayang dengan via sms.
***
“Kakak resume dah nongol lagi tuh,,”lili menunjuk kak rian
Jejak langkah pria kurus dan berambut ikal itu, kembali menyita perhatian kami dengan kaos merahnya dengan penuh percaya diri berdiri dihadapan kami. Langkah kakinya terhenti ketika aku teriak dengan suara lantang
“Kakak resume,,,,, ……..”
Semua mata melolotiku, hanya dalam waktu 2 detik saja. Dan selanjutnya semua teman-teman menarik suatu keputusan bersama secara serentak dan bersamaku memanggil kak Rian
“Kakak resume,,,kakak resume datang lagi….”teriak seluruh peserta
Wajah pria ikal itu tiba-tiba memerah sesaat tapi, pandangan matanya sangat cuek dan mengiringi langkahnya dengan senyuman dibibir merahnya. Entah mengapa seorah-olah kehadirannya menjadi sosok terseram bagi kami.
“ yah,,sekarang….”
Belum sempat kak Rian ,menjelaskan makudnya hadir di tengah-tengah kami, semuanya berteriak
“RESUME…..RESUME LAGI………….”
“Baiklah karena kalian telah mengerti silahkan buat sekarang, ingat tiga materi yah,,cerpen, puisi, dan fotografi”
Semua sibuk, semua menulis cepat
“Sambil mengawasi kami yang sedang larut dalam kesibukan membuat resume, kakak resume mengeluarkan jimat-jimat ampuh dari bibirnya,
“wartawan itu harus pandai menyikapi masalah yang terjadi, wartawan harus menulis cepat, tidak boleh lembek dan harus memiliki komitmen. Semua wartawan harus mampu mengorek informasi-informasi yang ada,. Yah,5 detik lagi
“Kak belum selesai nih, dikit lagi yah,,,”permohonanku…..
“ayo cepat kumpul, anbis ini siap-siap kembali kekamar, terserah kalian mau sholat, tidur atau apapun,yang penting jam 7 teng semua harus kembali lagi di ruangan ini, yang terlambat akan mendapat tugas tambahan.
***
Usai makan, aku, irna dan teman-teman AKADEMIKA berbincang-bicang ringan sambil menambah keakraban diantara kami. Bersama mereka aku mendapat banyak pelajaran salah satunya aku diajari agar tetap tenang menyelesaikan tugas walau waktunya sangat singkat dan mepet. Kak Iqbal yang paling tua diantara kami, tertawa besar adalah ciri khasnya, awalnya aku fikir dia orangnya hancur banget tapi ternyata dia yang paling dewasa di antara kami yah sesuailah dengan usianya, pantes Ilham selalu hormat padanya, secara,,dia senior ilham di sastra. Iham adalah pemimpin alias ketua media AKADEMIKA dan cukup bertanggung jawab bila ada sesuatu yang menimpa teman kelompoknya. Sandi, pria satu ini cukup pendiam dan kreatif. Fajrin adalah mahasiswa hukum yang tak bisa lepas dari rokok. Irna, orang pertama yang aku kenal dalam kelompok ini, cukup ramah dan narsis abis. Lili berbadan tinggi semampai, hobbynya menulis tapi paling malu mempubllikasikan tulisannya. Munji, ini ni temanku yang tahan banting abias, berani dan selalu mempertinggi nilai bahasa dan budaya Indonesia secara dia anak sastra daerah. Dan aku sendiri yang selalu mencoba menjaga keakraban dan menciptakan kehangatan dalam media AKADEMIKA ini.
***
“Ukh……..tak terasa yah tiga hari dua malam kita menghabiskan waktu disini, dan sebentar lagi kita akan terjun kelapan tuk langsung melakukan wawancara”ujarku
“Kira-kira kita dapat dilokasi mana yah???????”Tanya Ilham
“Aku maunya di benteng,,,itung-itung refreshing juga”
“Ide yang bagus tuh, maka teman-teman permantap yel-yel kita, agar lokasinya juga mantap”
“Oye,,pak ketua” serempak
Usai melantunkan yel-yel setiap kelompok media, termasuk media AKADEMIKA. Inilah hal yang paling dinanti dan paling menegangkan. MC ambil alih kekuasaan, dan mulai memilih tempat untuk setiap media.
“Media kronik ke nusantara, media resensi ke TPA……dan yang terakhir media AKADEMIKA, menjelajah kekuburan cina saja, ngobrol-ngobrol ma penghuni kuburan,,he…he..”untaian lebar sang MC
Tercermin rasa kecewa di wajah kami, hayalan yang indah kini hanya menjadi hayalan terabaikan. Tapi kami mencoba untuk optimis dan bekerja semaksimal mungkin. Bus teknik membawa kami ke lokasi, kami hanya di beri waktu selama 1 jam, bila terlambat bus akan meninggalkan kami tanpa perasaan karena seorang wartawan itu harus on time. Aku belajar berkomunikasi dan mengorek data tentang perkuburan cina ini dengan warga setempat. Kerjasama dan kekompakan sangat aku rasakan dalam kelompok AKADEMIKA, seakan telah mendarah daging. Walaupun kami berasal dari latar belakang jurusan yang sangat berbeda, tapi kami mampu mengisi setiap cela kekosongan di antara kami.
“Tinggal lima menit lagi teman-teman, ayo kita kumpul dan menunggu bus disini” peringatan sang ketua
Kami berkumpul dekat pintu gerbang dan mengabadikan hasil perjuangan kami dengan foto-foto di area itu. Tak lama kami menunggu bus kembali datang menjemput kami
***
Tepat pukul 22.00 WITA, acara penutupan di mulai. Setalah mengumumkan peserta yang terbaik dan kelompok media yang terbaik, MC memanggil ketua panitia untuk menyampaikan sepatah kata mengenai kegiatan selama tiga hari ini.
“mari kita panggil ketua panitia tuk menyampaikan sepuluh patah kata mengenai kegiatan selama tiga hari ini.” Intruksi MC
“Kakak Resume,,,Kakak Resume…Kakak Resume” Serempak semua peserta
Kak rian ternyata telah menyadari bahwa namanya telah disulap sedemikian rupa menjadi kakak resume, hanya karena kebiasaannya member intruksi untuk membuat resume di setiap mnateri. Langkah kaki kak rian engan tetap membanggakan kaos merahnya, memikat perhatian semua makhluk dalamn ruangan itu. Panjang lebar kakak resume ini berargumen dan cuykup menawan
“ Aku salut dengan peserta diklat tahu ini, karena terkenal paling heboh walaupun jumlahnya paling sedikit dari tahun sebelumnya dan yang paling berkesan karena saya mendapatkan julukan baru.” Kesan sang rambut ikal
Semua berakhir dengan indah, kakak resume telah menjadi panggilan akrap untuk kak rian. Walaupun agak aneh tapi mau tidak mau harus di terima.
***
Identitas penulis
Cipiet panggilan hangat untukku semenjak aku menginjakkan kaki di fakultas kedokteran jurusan ilmu keperawatan universitas hasanuddin Makassar. Soppeng, menjadi tempat bersejarah kelahiranku saat adzan sholat id disuasana nan FITRI di kumandangkan pada tanggal 5 may 1989. Menjadi nursing care menjadi cita-citaku selanjutnya. Menulis dan membaca puisi telah menjadi habbyku sejak mengenal puisi dan sekarang ku sedang mencoba menorehkan pena diatas kertas polos untuk menulis cerpen. Saat ini, aku sedang aktif menjadi anggota Forum Lingkar Pena Ranting Unhas (FLP UH). Sebuah puisi yang terlahir dari serangkaian kata dalam hatiku sempat termuat di identitas dengan judul “CETAK BIRUKU” dan “APA KATA MEREKA”yang termuat di bulletin PIONER (Pen Ink Of Ner). Ingin bertukar info mengenai kepenulisan atau apa saja, e-mail : nurfitri_ners07@yahoo.com atau kunjungi saja www.irv3.blogspot.com dan bergabung dalam facebook dengan alamat nurfitri_ners07@hotmail.com
skip to main |
skip to sidebar
Berkaryalah, Maka Dunia Akan Melihatmu
Sabtu, 29 Agustus 2009
KAKAK RESUME
Kupu-Kupu Palestina
Buku Baru
Pasang Link FLP Unhas di blog Anda
Anak FLP Unhas
- Alinda Nurbaety Hasanah
- Andi Asrawaty
- Angriana
- Ani Dzakiyah
- Arief Ungu
- Arieska Arief
- Asti Eka Ramadhani
- Ayu Ismal
- Bulqia Mas'ud
- Dyah Restyani
- Fitrawan Umar
- Fitria Dewi Usman
- Isma Ariyani
- Muh.Arief Rosyid
- Muthmainnah
- Noviar Syamsuryah S
- Raidah Intizar
- Rasdiyanah Nd
- Reza Al Sofyan
- Reza Kahlil
- Saputri Mulyanna
- St. Muttia A. Husain
- sukmawati
- Sultan Sulaiman
- Supriadi
- Uswatun Hasanah
- Wahyuddin Opu
- Wahyuni Hadrawi
FLP-ers Sulsel
FLP Semua...
Kata-Kata
Berkaryalah, Maka Dunia Akan Melihatmu (Yana Yan)
Kita tidak sekadar menulis. Menulis itu mudah!
Tapi, berjamaah itu lebih baik (Wawan)
Menulis membutuhkan keberanian, dobrak semua rasa ketakutan untuk menulis, semua di mulai dari nol dan takkan kembali menjadi nol bila terus di asah….genggam erat-erat penamu dan biarkan dia menodai kertas putih yang polos dengan jutaan karya yng terlahir dari buah pikiranmu. (Chipiet)
Kita tidak sekadar menulis. Menulis itu mudah!
Tapi, berjamaah itu lebih baik (Wawan)
Menulis membutuhkan keberanian, dobrak semua rasa ketakutan untuk menulis, semua di mulai dari nol dan takkan kembali menjadi nol bila terus di asah….genggam erat-erat penamu dan biarkan dia menodai kertas putih yang polos dengan jutaan karya yng terlahir dari buah pikiranmu. (Chipiet)
Koment Ya
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar