Senin, 08 Februari 2010

Resensi Buku "Aji Bello"

Judul : Album Cerita Pilihan “Aji Bello”
Penulis : Tim Penulis FLP Unhas
Penerbit : Pustaka Refleksi
Tahun Terbit : 2009
Tebal : 170 hal.

Dalam dinamika masyarakat bugis, seorang bergelar haji memiliki derajat sosial yang terpandang. Orang-orang akan sangat menghormati mereka yang telah pernah menunaikan ibadah haji di Makkah. Tak lengkap rasanya kehidupan dalam pikiran bugis bila tak pernah menginjakkan kaki di tanah suci. Dan, indikator kemakmuran seseorang biasanya dilihat pada apakah ia bergelar haji atau tidak.
Maka, titel haji adalah sebuah pertaruhan. Tak heran banyak bapak dan ibu dari bugis tak mau menoleh bila sebutan haji tak disertai dalam namanya. Ibu Haji juga biasanya enggan lagi berada di dapur dalam setiap hajatan, namun di depan pattongko. Begitulah Haji, bahkan seorang gadis apabila ia telah haji, maka uang naik untuk pria yang hendak melamarnya harus lebih tinggi.



Sedang, Aji Bello diistilahkan untuk seorang haji berpenampilan minor. Biasa juga dikenal dengan istilah Haji Moderen. Dalam salah satu cerita dalam buku ini, digambarkan sebagai ibu haji yang berpakaian mencolok, tiap hajatan berkostum satu warna (dari songkok haji, pakaian, tas, hingga sepatu seragam warnanya), selalu menggunakan motor-matic, hiasan mencolok, plus kaca mata hitam.
Aji Farida sebagai tokoh, diceritakan sebagai orang yang suka memamerkan kebesarannya. Entah itu harta, jabatan, terlebih tentang ke-haji-an. Aji Farida dikenal dengan orang yang kontroversial. Di suatu pengajian, tiba-tiba ia mengumumkan jika dirinya hendak dijadikan calon wakil bupati.
Lalu, apa jadinya bila seorang yang sering dipanggil Aji Bello maju dalam pentas pilkada?
Cerita Aji Bello dalam buku ini disajikan dengan lincah dan ringan oleh penulisnya. Nuansa humoris terkesan lebih kental bila kita mencoba membacanya. Pemilihan kata tidak begitu rumit, dan lebih merakyat hingga mudah dicerna. Ending cerita juga menarik dan tidak diduga oleh pembaca. Meski demikian, banyaknya ungkapan atau kalimat bugis dalam tulisan Aji Bello, memaksa pembaca yang tidak terbiasa dengan bahasa bugis untuk harus menyimak keterangan di akhir cerita.
Buku Album Cerita Pilihan ‘Aji Bello’ ini berisi dua puluh cerita pilihan. Buku ini menjadi unik karena ditulis oleh orang-orang yang masih berstatus mahasiswa di Universitas Hasanuddin. Tentu adalah sebuah kejutan dan kebanggaan. Sebab, di tengah gemerlapnya budaya literasi di Unhas, para penulis berani menerbitkan karya mereka.
Para penulis dalam kata pengantar buku ini, juga mengaku sebagai orang asing. Asing sebab pekerjaan membaca dan menulis adalah aktivitas yang asing di kampusnya. Mahasiswa sekarang ini, terjebak dalam budaya instan dan budaya menonton. Hingga budaya literer sudah tidak menjadi populer.
Buku Album Cerita Pilihan ‘Aji Bello’ bisa menjadi pilihan bacaan alternatif. Dikemas dalam tampilan menarik. Unik. Penuh kejutan. Meski rata-rata penulis adalah penulis pemula, namun kualitas tulisan cukup membanggakan.
Kelemahan buku ini, tetapi mungkin juga bisa disebut kelebihan, sebab tema dan gaya kepenulisan yang diangkat antar satu cerita tidak memiliki benang merah. Boleh dibilang buku ini adalah tulisan gado-gado. Bercampur antara gaya kepenulisan yang serius dengan gaya biasa. Bercampur antara tulisan yang memiliki nilai sastra dengan tulisan semacam teenlit.
Namun, terlepas dari itu semua, buku ini adalah refleksi atas kualitas karya dan budaya literasi di Unhas. Tentu tak berlebihan, sebab para penulis adalah orang-orang yang sering mengisi tulisan di media kampus dan memenangkan lomba kepenulisan di tingkat universitas. Selamat membaca! Salam Pena!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar