Oleh: Fitrawan Umar*
Hingar bingar bicara koruptor telah lama terdengar di negeri ini. Indonesia, negeri penuh koruptor. Setidaknya hampir semua orang tidak pernah marah bila berkata demikian. Malah identitas Indonesia korup sudah menjadi barang usang dalam pembicaraan manusia.
Suara-suara anti korupsi juga tak kalah kerasnya dengan pemberitaan skandal korupsi yang melibatkan berbagai lapisan. Namun, apakah suara itu terdengar atau hanya sekadar seperti lolongan anjing dengan kesedihan di tengah jalan, kita sendiri semua tahu.
Untungnya, sastra selalu memotret keadaan negeri ini. Bahasa-bahasa sastra beserta pengikutnya selalu tak ingin ketinggalan melihat realitas. Ia hidup, di atas kertas dan membumi di hati nurani.
Dengarkan tulisan Lily Yulianti Farid (sastra dari Makassar) berikut ini:
“Sudah kupesan berkali-kali pada Wahidah….hati-hati bergaul, hati-hati dengan posisimu sebagai bendahara. Uang banyak selalu bikin silau. Kita orang bugis pantang mencuri! Harus mallempu’…mallempu’…mallempu’…Cuma itu pesan almarhum Kakek Haji pada keturunannya.” (Koruptor di Rumah Nenek Haji dalam Makkunrai. Nala Cipta Litera. 2008)
***
Buku Makkunrai bisa dijadikan kado di hari Ibu, 22 Desember. Semua kisahnya berisi tentang pemberontakan kaum perempuan. Bukan sekadar memberontak. Tapi inilah bentuk perlawanan atas ketidakadilan sosial yang sebagian menimpa perempuan Indonesia.
Lily menulis dengan hati yang marah. Cerita-ceritanya mencerminkan bahwa memang terjadi yang disebut ketimpangan di negeri kita.
Makkunrai berhasil keluar dari dominasi cerita tentang perempuan. Sudah bukan lagi saatnya bercerita tentang tubuh perempuan kemudian ditafsir sebagai seni tingkat tinggi. Beginilah seharusnya sastra bercerita. Cerita tentang perlawanan dan kebangkitan!
Koruptor di Rumah Nenek Haji adalah satu dari kisah perempuan yang hendak memberontak. Memberontak melawan koruptor!
***
Koruptor di Rumah Nenek Haji bercerita tentang keresahan seorang perempuan pada anaknya. Nenek Haji pada Wahidah. Wahidah, seorang pegawai Departemen Kehutanan tersangkut kasus korupsi reboisasi. Kemudian berontaklah Nenek Haji.
“Sebenarnya, Wahidah sudah pencuri sejak dahulu…”
…………………………………………………………………..
“Sudah kukatakan pada Wahidah, jangan curi-curi umur!”
…………………………………………………………..
“Eh, ternyata dia keras kepala! Dia tetap mencuri umur! Anaknya belum lagi berusia 6 tahun, sudah diakuinya berumur 7 tahun dan dimasukkan SD! Sudah kukatakan sabar saja, tunggu setahun lagi…Tapi Wahidah pergi juga mengurus akte kelahiran palsu, dan katanya ia bisa bernegoisasi dengan kepala sekolah dan wali kelas untuk proses pendaftarannya,”
…………………………………………………………………..
“Sekali kau coba-coba mencuri kau akan terbiasa…”
Di sini, Lily dengan cantiknya menyuarakan perlawanan melalui keluh-kesah Nenek Haji. Mengeluh tentang keadilan. Meresahkan kejujuran. Dan mendobrak tradisi kecil-kecilan. Kita dengan mudah menangkap maksud cuplikan dialog-dialog itu.
Begitulah memang sastra. Tanpa menuduh siapa pun. Tanpa menghakimi siapa pun. Namun, menyentuh langsung kepada siapa yang hendak dituju.
Korupsi memang telah mendarah daging di negeri ini. Mulai dari orang besar sampai kecil. Dari pejabat sampai pegawai rendahan. Dari sesuatu yang besar-besar hingga kasus yang kecil. Maka, apalagi yang harus dilakukan. Selain terus mengampanyekan makna kejujuran. Dan, pesan domain ini yang berusaha diamarahkan melalui sebuah cerpen.
Cerpen ini ditulis pada tahun 2007 oleh Lily. Waktu penulisan ternyata tidak begitu mempengaruhi pesan yang ingin disampaikan jika dibaca sekarang ini. Karena memang, bahasa sastra adalah bahasa universal. Bicara tentang masa lalu dan kini. Apalagi jika dikaitkan dengan kasus korupsi yang semakin berjalannya waktu rupanya semakin menjauh dari ujung cahaya.
“Aku sudah kecewa pada Wahidah sejak ia memutuskan memalsukan akte kelahiran anaknya, agar bisa masuk SD lebih cepat. Aku juga menangis saat mendengar cerita ia menyogok kepala sekolah dan wali kelas saat bersikeras memasukkan anaknya ke kelas unggulan. Aku tahu ia tidak jujur…Sudah kubilang, begitu kau coba-coba sekali…kau akan terbiasa! Hidup ini harus mallempu’….Luar dan dalam..”
***
“Kau dengar itu Mardiah…Tante Wahidahmu bebas. Tapi kau tahu, itu bisa saja karena campur tangan keluarga suaminya yang berpengaruh di Makassar. Puihh! Pengadilan, selalu bisa dibeli! Masih ada yang mengganjal di sini…” Nenek Haji menunjuk dada sebelah kirinya.
***
*Ketua Forum Lingkar Pena Unhas
Selengkapnya...
Berkaryalah, Maka Dunia Akan Melihatmu
Kamis, 24 Desember 2009
Koruptor di Rumah Nenek Haji: Sebuah cerpen dari Makkunrai Ketika Sastra Melawan
Senin, 07 Desember 2009
Sabtu, 05 Desember 2009
lomba cipta esai “Islam dan Terorisme"
Batas akhir: 15 Desember 2009
Dengan mengangkat tema “Islam dan Terorisme,”LPM Obsesi STAIN Purwokerto kembali mengadakan lomba cipta esai di penghujung tahun 2009 ini. Pada bulan-bulan yang telah lewat, isu terorisme memang sempat mendominasi pemberitaan media. Hal itu menyusul tragedi bom Mega-Kuningan Jakarta. Kontroversi berlanjut dengan ditangkap dan ditembaknya para tersangka teroris di tempat-tempat persembunyiannya.
Seperti pada penyelenggaraan sebelumnya, pemenang dan nominator lomba ini akan diundang dalam acara peluncuran buku kumpulan esai terpilih.
Diselenggarakan Oleh Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Obsesi, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Purwokerto.
TEMA
“Islam dan Terorisme”
KETENTUAN
1. Melampirkan copy Kartu Mahasiswa yang masih berlaku;
2. Esai diketik dengan hurup time new roman size 12, batasan 5-10 halaman;
3. Teknik penulisan kutipan dengan menggunakan penyebutan sumber kutipan IN NOTE/CATATAN DALAMAN. Contoh: “Tidak ada karya sastra yang ditulis dalam situasi kekosongan budaya” (Teeuw, 1982:11).
4. Di akhir esai dilengkapi dengan DAFTAR PUSTAKA. Contoh: Teeuw, A. 1982. Tergantung pada Kata . Jakarta: Pustaka Jaya.
5. Esai yang diikutkan lomba adalah karya yang belum pernah dipublikasikan dalam bentuk apapun;
6. Setiap peserta hanya boleh mengirimkan 1 judul saja dari karya terbaiknya;
7. Melampirkan biografi singkat maksimal 1 halaman;
8. Semua hal tersebut diemailkan ke obsesipress@gmail.com ;
9. Batas terakhir penerimaan naskah 15 Desember 2009.
PENGUMUMAN NOMINATOR DAN PEMENANG ESAI: 1 Januari 2010
HADIAH
1. Bagi esai nominator dan esai pemenang akan dibukukan eksklusif oleh Penerbit OBSESI Press, 3 esai pemenang, dan 27 esai nominator;
2. Bagi Juara ke-1 mendapatkan uang Rp 1.000.000; Juara ke-2 Rp.750.000; Juara ke-3 Rp 500.000 ;
3. Baik nominator maupun pemenang diberi hak mendapatkan buku bunga rampai esai tersebut 2 eksemplar, dan masing-masing akan mendapatkan Piagam Penghargaan ;
4. Baik hadiah maupun buku esai tersebut hanya akan diberikan jika yang bersangkutan hadir pada acara “Peluncuran dan Diskusi Buku Esai Pemenang Lomba Nasional” pada Senin 8 Februari 2010 ;
5. Jika yang bersangkutan berhalangan hadir, maka disilahkan menghubungi Panitia (PU LPM OBSESI Edo Ahmad Baedowi 08529 3001 761/ Faqih Hamdani 085227 379 226), dan buku esai akan dikirim jika sudah mengirim ongkos pengganti biaya kirim.
DEWAN JURI
1. Dr. Naqiyah Mukhtar (Pakar di Bidang Tafsir Hadis, dan Studi Gender)
2. Suwito NS., M.Ag. (Pakar di Bidang Ekologi-Sufisme)
3. Ridwan, M.Ag. (Pakar di Bidang Pemikiran Hukum Islam)
4. Abdul Wachid B.S., S.S., M.Hum. (Penulis Buku: GANDRUNG CINTA, Tafsir terhadap Puisi Sufi K.H. Ahmad Mustofa Bisri)
5. Heru Kurniawan, S.Pd., M.A. (Penulis Buku: MISTISISME CAHAYA).
Sumber: Laman resmi STAIN Press
Selengkapnya...
LOMBA CERPEN SCIENCE FICTION
Tenggat: 13 Desember 2009
SHOW YOUR TALENT..!! Punya impian untuk masa depan di bidang IPTEK? Punya harapan untuk Indonesia yang lebih baik?
Tuangkan idemu melaui cerpen, dan ikuti LOMBA CERPEN SCIENCE FICTION dengan tema “Dunia Masa Depan dalam Imajinasi” yang diselenggarakan oleh panitia MIPA EXPO 2009 FMIPA UGM.
Apa saja Persyaratannya? Baca poin-poin di bawah ini:
* Cerpen merupakan karya asli dari pengarang
* Cerpen belum pernah dipublikasikan dan tidak sedang diikutsertakan di kompetisi lain
* Cerpen tidak mengandung unsur SARA dan pornografi
* Cerpen yang sudah masuk menjadi hak milik panitia
* Isi cerpen mengandung pesan moral
* Cerpen imajinatif dan mengandung unsur sains
* Pengarang bukan termasuk panitia MIPA EXPO 2009
Gampang kan? So, jangan ragu-ragu untuk ikut lomba ini.
Lomba ini terbuka untuk pelajar SMA, Mahasiswa, dan Masyarakat Umum. 20 karya terbaik akan dibukukan lho…
Eits..tunggu dulu..ada satu lagi. Apa itu? Yupz..
Ketentuan pengiriman:
* Cerpen diketik dengan huruf Times New Roman; ukuran 12pt; spasi 1,5; margin kiri, kanan, atas, dan bawah 3 cm
* Panjang cerpen 4-8 halaman
* Pengumpulan mulai tanggal 16 November 2009 sampai 13 Desember 2009
* Naskah dikirim melalui email ke alamat mipa.expo2009@gmail.com
* Pengirim mengirimkan CV pada file yang terpisah
Infolomba (via LombaLomba) dari laman resmi MIPA EXPO 2009.
Selengkapnya...
Kupu-Kupu Palestina
Buku Baru
Pasang Link FLP Unhas di blog Anda
Anak FLP Unhas
- Alinda Nurbaety Hasanah
- Andi Asrawaty
- Angriana
- Ani Dzakiyah
- Arief Ungu
- Arieska Arief
- Asti Eka Ramadhani
- Ayu Ismal
- Bulqia Mas'ud
- Dyah Restyani
- Fitrawan Umar
- Fitria Dewi Usman
- Isma Ariyani
- Muh.Arief Rosyid
- Muthmainnah
- Noviar Syamsuryah S
- Raidah Intizar
- Rasdiyanah Nd
- Reza Al Sofyan
- Reza Kahlil
- Saputri Mulyanna
- St. Muttia A. Husain
- sukmawati
- Sultan Sulaiman
- Supriadi
- Uswatun Hasanah
- Wahyuddin Opu
- Wahyuni Hadrawi
FLP-ers Sulsel
FLP Semua...
Kata-Kata
Kita tidak sekadar menulis. Menulis itu mudah!
Tapi, berjamaah itu lebih baik (Wawan)
Menulis membutuhkan keberanian, dobrak semua rasa ketakutan untuk menulis, semua di mulai dari nol dan takkan kembali menjadi nol bila terus di asah….genggam erat-erat penamu dan biarkan dia menodai kertas putih yang polos dengan jutaan karya yng terlahir dari buah pikiranmu. (Chipiet)
Koment Ya
|